TEMPO.CO, Jakarta - Ada banyak istilah dalam pola pengasuhan anak. Dulu ada istilah ‘helicopter parenting,’ yang artinya orang tua selalu memperhatikan anak dan siap untuk membantunya saat kesulitan. Kini serirng pertumbuhan teknologi muncul istilah drone parenting.
Menurut psikolog dewasa, Vera Itabiliana Hadiwidjojo, drone parenting yaitu pola asuh ibu yang lebih suka dengan kegiatan yang tidak terstruktur. “Sekarang, para ibu millenial ini lebih terbuka dengan anak. Bila dulu semua hal harus mengikuti peraturan dan struktur tertentu, sekarang tidak seperti itu,” ujarnya di Jakarta, Rabu 11 April 2018.
Baca Juga:
Ibu zaman sekarang cenderung lebih senang untuk membiarkan anak berkeliaran, dan hanya memperhatikan mereka dari jauh. Anak menjadi lebih bebas untuk menjelajahi hal-hal di sekitar mereka. Pola asuh ‘drone parenting’ ini sebenarnya memiliki dampak positif dan juga dampak negatif, tergantung bagaimana orang tua enjaga keseimbangan pada saat mengasuh anak.
Vera menjelaskan dampak positif drone parenting adalah orang tua lebih terbuka untuk melakukan diskusi dengan anak. Tidak hanya itu, anak-anak sekarang lebih berani untuk mengungkapkan pendapat apa yang mereka inginkan. Orang tua dan anak lebih banyak diskusi, jadi komunikasi di antara mereka juga lebih baik.
Sedangkan dampak negatif dari ‘drone parenting’ menurut Vera, karena lebih sering melakukan kegiatan yang tidak terstruktur, anak akan kesulitan untuk beradaptasi dengan peraturan. Anak juga semakin banyak yang telat bicara, karena penggunaan teknologi yang berlebihan sejak kecil.
Banyak orang tua yang menggunakan gadget untuk semua hal, seperti belajar huruf, warna, bahasa-bahasa lain. Padahal banyak media lain yang bisa membuat anak belajar semua hal tersebut, dengan cara yang lebih baik. Contohnya seperti pergi ke taman, baca buku, atau main puzzle. “Ibu zaman sekarang terkadang lupa kalau anak juga perlu dibatasi.” ujar Vera.