TEMPO.CO, Jakarta - Mengkonsumsi makanan cepat saji seperti memberi tubuh infeksi bakteri. Begitu menurut penelitian dari Universitas Bonn di Jerman.
Para ilmuwan, dalam jurnal Cell, menemukan makanan cepat saji menginduksi peradangan sistemik pada tikus dan bertahan bahkan setelah tikus kembali menjalani diet normal. Makanan cepat saji mengandung banyak lemak dan gula serta tidak banyak kandungan seratnya.
Ketika seekor tikus memakannya, respons peradangan sistem kekebalannya sama dengan apa yang akan dilakukannya jika ada infeksi bakteri.
"Diet yang tidak sehat menyebabkan peningkatan tak terduga dalam jumlah sel kekebalan tertentu dalam darah tikus," kata peneliti Anette Christ dari Universitas Bonn.
Artikel lain:
Kiat Menghindari Bakteri dan Bahaya dari Makanan
Awas, 4 Bagian Tubuh Ini Biasa Jadi Sarang Bakteri
Bakteri pada Gusi Ancam Kesuburan Wanita
Meskipun peradangan hilang setelah diet yang tidak sehat digantikan dengan yang lebih baik, perubahan genetik terkait dengan respons imun agresif yang dibawa diet sebelumnya tetap ada. Tubuh menggunakan semacam "memori" dari pengalaman masa lalu untuk melindungi dirinya sendiri di masa depan, meskipun pengalaman masa lalu itu sering seperti infeksi.
Ketika patogen berbahaya muncul, tubuh akan membuka memori sistem kekebalan sehingga pertahanan tubuh dapat menghasilkan respons yang lebih cepat dan efektif.
“Makanan cepat saji menyebabkan tubuh dengan cepat merekrut tentara yang besar dan kuat,” ucap Chirst.
Menurut para ilmuwan, memiliki sistem kekebalan yang dirangsang lebih kuat dapat memiliki konsekuensi kesehatan, seperti diabetes dan masalah jantung.
“Dasar dari pola makan yang sehat perlu menjadi bagian pendidikan yang jauh lebih menonjol daripada saat ini. Hanya dengan cara ini kita dapat melindungi anak kita dari godaan industri makanan," kata peneliti Eicke Latz, seperti dilansir Medical Daily.