TEMPO.CO, Jakarta - Big Bad Wolf adalah pameran buku 24 jam yang dibawa ke Indonesia dari Malaysia pada 2016. Sudah tiga kali pameran buku ini di Jakarta dan dua kali di Surabaya.
Big Bad Wolf telah menjadi pameran buku yang sangat sukses, terutama di kalangan anak-anak. Ide dari pameran ini sebenarnya sudah ada dari Big Bad Wolf Internasional, pada 2009, dimulai di Kuala Lumpur, Malaysia, sekarang Big Bad Wolf sudah diadakan di Indonesia, Thailand, Filipina, dan Sri Lanka.
“Kebanyakan negara berkembang, di mana minat baca masih sedikit,” jelas Uli Silalahi, Presiden Director PT. Jaya Ritel Indonesia dan penyelenggara pameran buku Big Bad Wolf, di Indonesia Convention Exhibition, BSD City, Pagedangan, Tangerang, Minggu, 8 April 2018.
Big Bad Wolf ketiga di Indonesia diadakan 29 Maret sampai 9 April 2018. Salah satu hal yang membuat pameran ini unik dan berbeda dari pameran buku biasa adalah waktu 24 jam setiap hari selama dua minggu. Big Bad Wolf memang harus nonstop karena hal tersebut telah menjadi ciri khas pameran ini dan harus berjalan selama 10-14 hari.
“Big Bad Wolf memang harus nonstop karena jadi ciri khasnya, karena membaca buku itu nonstop. Itulah inspirasinya,” lanjut Uli.
Artikel lain:
Uli Silalahi Buktikan Anak Bisa Lepas dari Gadget karena Buku
70 Persen Buku di Big Bad Wolf 2018 untuk Anak
Pada awalnya memang terdengar seperti hanya akan membuang waktu dan uang, membuka pameran buku selama 24 jam. Tetapi, ternyata pameran selalu ramai selama 24 jam. Biasanya yang datang pukul 23.00, pulang sekitar pukul 02.00, dan setelahnya juga akan ada sekitar 5.000 orang yang datang. Tidak hanya itu, jumlah orang yang datang pada malam hari juga meningkat di akhir pekan.
“Bukannya semakin sepi, tetapi malah semakin ramai,” tuturnya.
Buku yang dijual sekitar 5,5 juta buku, dengan 70 persen buku anak-anak. Pameran ini juga membuka tempat donasi Red Readerhood. Setiap orang yang memberikan donasi akan mendapatkan harga spesial untuk buku yang mereka beli. Donasi tersebut akan mendukung program 1.000 Desa Cerdas dari Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Republik Indonesia.
Dari tahun ke tahun, pengunjung yang datang selalu melebihi target. Big Bad Wolf juga kerjasama dengan Mizan, untuk menjual buku Indonesia.
“Buku Indonesia sekitar 20 persen dengan persyaratan harus murah, karena selama ini terbatasnya adalah buku mahal harganya, tidak terjangkau, dan variasi kurang,” kata Uli.
Big Bad Wolf diharapkan akan kembali lagi di Indonesia, yakni di Surabaya, pada akhir 2018.