TEMPO.CO, Jakarta - Banyak wanita yang harus berusaha keras agar memiliki badan yang kurus atau langsing, seperti melalui diet atau olahraga. Banyak juga wanita yang banyak makan, namun tidak pernah gendut.
Ada wanita yang selalu langsing walaupun sudah makan lebih banyak dari orang lain. Contohnya aktris dan penyanyi Aura Kasih, yang mengaku makan banyak, tak pernah diet, tapi badannya tak pernah gemuk.
Para wanita yang tidak bisa gemuk terkadang merasa kalau mereka itu kurus karena terlalu sering buang air besar (BAB). Apakah BAB terlalu sering bisa membuat badan selalu kurus?
Hal pertama yang perlu dibahas adalah jumlah buang air besar per hari yang bisa dianggap normal. Dokter ahli gizi Tan Shot Yen menjelaskan kalau sebagian besar orang BAB sekali sehari. Namun, BAB lebih dari sekali sehari masih bisa diterima bila konsistensinya masih normal.
“Apakah konsistensinya masih normal atau sudah berupa disentri atau diare,” jelas Dr. Tan kepada Tempo, Minggu, 8 April 2018.
Artikel lain:
Tak Perlu Diet, Sering BAB Bikin Aura Kasih Selalu Langsing
Rahasia Sederhana Kecantikan Aura Kasih, Sabun Bayi dan Kunyit
Aura Kasih Sebut 2 Perempuan yang Bikin Dia Feminin, Bukan Ibunya
Dia menjelaskan kalau orang kurus bisa juga disebabkan oleh gangguan metabolisme. Salah satu contohnya adalah hipertiroid, penyakit yang terjadi saat kelenjar tiroid terlalu aktif dan produksi hormon tiroid berlebihan.
Biasanya, gejala untuk hipertiroid adalah berat badan yang turun drastis. Biasanya pula, bisa hipertiroid membuat orang terlihat kurus karena metabolisme yang berlebihan.
“Penyakit lain yang termasuk autoimun adalah irritable bowel syndrome (IBS), di mana pasien merasa adanya dorongan ingin sering buang air besar sering karena ada perasaan tidak tuntas,” lanjutnya.
Biasanya, kondisi ini meningkatkan gangguan penyerapan nutrisi dan tidak baik untuk gizi orang tersebut. Karena itu, buang air besar memang bisa membuat orang terus kurus. Namun, hal tersebut juga bisa menjadi gejala kondisi yang serius. Sebaiknya periksakan ke dokter untuk memastikan kalau kebiasaan ini tidak bahaya.
“Jadi, jika ada fungsi rutin tubuh yang tidak wajar, ketimbang tebak menebak dan akhirnya jatuh pada penanganan yang salah, mengapa tidak ke dokter?” ujar Tan.