Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Ada Asosiasi Advokasi Kanker Perempuan, Saatnya Pasien Didengar

Reporter

Editor

Rini Kustiani

image-gnews
Ilustrasi penyintas Kanker. Shutterstock
Ilustrasi penyintas Kanker. Shutterstock
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Perempuan yang divonis mengidap kanker tentu merasa terguncang, bingung, dan membutuhkan informasi yang tepat mengenai penanganan penyakitnya. Mereka akan berobat ke mana pun supaya sembuh. Hanya saja, perjuangan untuk mendapatkan kesembuhan itu terkadang begitu menyiksa, sama seperti penyakit yang sedikit demi sedikit menggerogoti tubuhnya.

Baca juga:
Benarkah Deodoran Penyebab Kanker? Cek 3 Fakta Ini
Punya Anak Remaja? Waspada dengan Kanker yang Satu Ini

Pendiri Lovepink Indonesia, Shanty Persada mengatakan sulitnya proses pengobatan yang dijalani pasien kanker kerap membuat mereka putus asa dan akhirnya berhenti. "Ketika ibu terkena kanker, maka keluarga bisa bangkrut," kata Shanty di acara Diskusi "Suara Penyintas Kanker Perempuan - Satukan Suara untuk Penanganan Kanker Perempuan yang Lebih Baik" di Gedung Kementerian Kesehatan, Jakarta, Selasa 27 Maret 2018.

Shanti menjelaskan biaya pengobatan untuk pasien kanker sangat mahal. "Kami bersyukur BPJS bisa mengcover, tapi banyak juga yang harus diperbaiki," ucapnya. Beberapa hal yang mesti diperbaiki misalnya sistem antrean di rumah sakit, peralatan yang belum memadai, dan ruwetnya administrasi BPJS yang kini mesti diperbarui setiap 3 bulan. "Antrenya panjang, konsultasi dengan dokter sebentar, kesulitan akses ke rumah sakit, dan bayangkan pasien yang mentalnya drop harus bolak-balik mengurus administrasi."

Menurut dia, sistem online BPJS harus diperkuat. Contoh, pasien kanker yang hendak berobat cukup mendaftar secara online ke rumah sakit tujuan dan mengambil antrean. Dari situ bisa diketahui apakah dokternya praktik aatu tidak dan tak perlu lama menunggu di rumah sakit. "Jangan sampai pasien sudah jauh-jauh datang ke rumah sakit, di sana antre lama, dan belum tentu bertemu dengan dokter yang dituju. Padahal ongkos ke rumah sakit tidak ditanggung oleh BPJS," katanya.

Ketua Cancer Information and Support Center atatu CISC, Aryanthi Baramuli mengatakan dengan banyaknya keluhan dari para pasien kanker, khususnya kanker payudara dan kanker serviks yang berkaitan dengan perempuan, mencerminkan belum tepatnya kebijakan yang dibuat pemerintah dengan kebutuhan pasien. "Dalam implementasinya, belum ada peran pasien kanker dalam memberi masukan terhadap kebijakan pemerintah," kata Aryanthi.

Sebab itu, dia menggagas berdirinya Asosiasi Advokasi Kanker Perempuan Indonesia atau A2KPI yang didukung oleh 13 organisasi pasien kanker. Ketigabelas organisasi itu adalah Yayasan Kanker Payudara Indonesia (YKPI), Yayasan Kanker Indonesia - DKI Jakarta, Yayasan Kanker Indonesia Pusat, Lovepink, Bandung Cancer Society, Yayasan Peduli Kanker Priangan (Priangan Cancer Care/PrCC), Think Survive, Makassar Cancer Care Community, Meta Menggala, Pink Shimmer Inc, Reach to Recovery Surabaya, Bali Pink Ribbon, dan Cancer Innformation and Support Center (CISC).

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

"Kami merasakan ada kesamaan tujuan, yakni mendorong pelayanan yang optimal kepada pasien kanker," ucap Aryanthi di acara diskusi sekaligus peluncuran A2KPI itu. Di beberapa negara berkembang, advokasi kebijakan oleh kelompok pasien sudah mulai menjadi bagian dalam proses pembuatan kebijakan. Di Filipina misalnya, ada Cancer Coalition Philipines yang aktif menyusun Cancer Control Act. "Kami yakin sudut pandang pasien akan mampu memberikan nilai positif agar kebijakan yang dibuat pemerintah sesuai dengan kebutuhan pasien."

Peluncuran Asosiasi Advokasi Kanker Perempuan Indonesia atau A2KPI di Gedung Kementerian Kesehatan, Jakarta, Selasa 27 Maret 2018. Asosiasi ini terdiri dari 13 organisasi pasien kanker yang bertujuan menyampaikan masukan kepada pemerintah untuk perbaikan pelayanan kersehatan. TEMPO | Rini K

Dia menceritakan cikal bakal pembentukan Asosiasi Advokasi Kanker Perempuan Indonesia ini bermula pada 12 Januari 2018. Saat itu, Aryanthi mengundang sembilan organisasi penyintas kanker perempuan untuk mendiskusikan berbagai persoalan seputar pelayanan kepada pasien kanker. Dan pada akhirnya sebanyak 13 organisasi penyintas kanker bergabung dalam A2KPI.

Kanker merupakan penyebab kematian peringkat kedua setelah penyakit jantung. Riset Kesehatan Dasar Kementerian Kesehatan pada 2014 menunjukkan dari berbagai jenis penyakit kanker, ada dua macam kanker yang mengambil porsi terbesar, yakni kanker payudara dan kanker leher rahim.

Sekretaris Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan, Asjikin Iman Hidayat Dachlan mengatakan kematian karena kanker leher rahim mencakup 20 persen dari semua kematian akibat kanker. "Biaya pengobatan untuk kanker juga terus meningkat setiap tahunnya," kata Asjikin di acara yang sama.

Asjikin merinci total biaya pengobatan untuk kanker mencapai Rp 1,4 trliun di 2014, kemudian melonjak sampai Rp 2,2 triliun di 2015, Rp 2,3 triliun pada 2016, dan sampai September 2017 mencapai Rp 2,1 triliun. Supaya jumlah kasus kanker berkurang sekaligus menekan biaya pengobatan, Asjikin mengatakan, deteksi dini sebagai pencegahan kanker sangat diperlukan.

Iklan

Berita Selanjutnya



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Dua Orang Dekat Pangeran William Mengidap Kanker, Ini 7 Jenis Kanker Mematikan di Dunia

1 hari lalu

Pangeran William dan Kate Middleton terlihat bersama pada Senin, 11 Maret 2024 usai operasi perut yang dilakukan Putri Wales , Januari lalu. Foto: Bruce Bennet via Daily Mail.
Dua Orang Dekat Pangeran William Mengidap Kanker, Ini 7 Jenis Kanker Mematikan di Dunia

Kanker jadi penyebab kematian paling tinggi di dunia setelah jantung dan stroke, dua orang dekat Pangeran William terkena penyakit itu.


3 Fakta Kanker Karena Faktor Keturunan, Cara Mendeteksi dan Tips Mencegahnya

1 hari lalu

Ilustrasi Kanker paru-paru. Wikipedia
3 Fakta Kanker Karena Faktor Keturunan, Cara Mendeteksi dan Tips Mencegahnya

Ada sejumlah cara untuk mengetahui apakah Anda memiliki gen kanker yang diwariskan atau tidak.


Muncul ke Publik Pertama Kali, Raja Charles III Siap Hadiri Acara Paskah

1 hari lalu

Jenis kanker yang diidap Raja Charles belum diungkap. Sel kanker itu ditemukan saat Raja menjalani pengobatan pembesaran prostat baru-baru ini. Namun, menurut kabar, kanker yang diderita Raja Charles bukan kanker prostat. REUTERS/Toby Melville
Muncul ke Publik Pertama Kali, Raja Charles III Siap Hadiri Acara Paskah

Istana Buckingham mengkonfirmasi Raja Charles III bersama Camila akan menghadiri acara paskah pada 31 Maret 2024.


5 Pesohor Yang Mengidap Kanker Seperti Kate Middleton

1 hari lalu

Kylie Minogue. AP/Shizuo Kambayashi
5 Pesohor Yang Mengidap Kanker Seperti Kate Middleton

Kate Middleton menambah jumlah pesohor yang mengalami kanker.


Ayah dan Istri Sakit Kanker, Sejarawan Komentari Kondisi Pangeran William

1 hari lalu

Pangeran William menemani Putri Charlotte, dan Pangeran Louis menghadiri acara penyambutan bagi murid baru di Lambrook School, Berkshire, Inggris, 7 September 2022. Keluarga tersebut telah pindah ke Adelaide Cottage di Windsor Home Park, yang terletak di sebelah timur Kastil Windsor dan di wilayah Berkshire di Inggris. Jonathan Brady/Pool via REUTERS
Ayah dan Istri Sakit Kanker, Sejarawan Komentari Kondisi Pangeran William

Pangeran William mengkhawatirkan kondisi ayah, istri dan anak-anaknya, namun dia diprediksi sangat tabah.


7 Manfaat Makan Buah Semangka bagi Kesehatan Tubuh

2 hari lalu

Ilustrasi Semangka
7 Manfaat Makan Buah Semangka bagi Kesehatan Tubuh

Semangka menjadi buah yang pas sebagai pilihan di bulan Ramadhan. Pada kondisi tubuh yang mengalami dehidrasi, buah ini menjaga kesehatan dan keseimbangan nutrisi.


5 Tanda Anda Harus Jalani Kolonoskopi sebelum Berumur 45 Tahun

3 hari lalu

Ilustrasi kanker usus besar. shutterstock
5 Tanda Anda Harus Jalani Kolonoskopi sebelum Berumur 45 Tahun

Dengan kenaikan kasus kanker kolorektal pada orang muda, mereka yang berusia di bawah 45 tahun pun disarankan melakukan kolonoskopi.


3 Gejala Umum Kanker Ginjal, Penting untuk Deteksi Dini

3 hari lalu

Ilustrasi ginjal. Shutterstock
3 Gejala Umum Kanker Ginjal, Penting untuk Deteksi Dini

Ada tiga gejala yang perlu diwaspadai terkait kanker ginjal. Pasalnya, kebanyakan pasien tak merasakan gejala sehingga penting mengetahui tandanya.


4 Tahun Lalu Ibunda Jokowi Berpulang, Ini Nasihat Sudjiatmi Notomiharjo untuk Putranya

3 hari lalu

Joko Widodo atau Jokowi berfoto bersama ibunya, Sudjiatmi Notomihardjo, di Jakarta Selatan, Kamis, 20 September 2012. Ibunda Presiden Jokowi, Sudjiatmi Notomihardjo, meninggal di Solo pada Rabu, 25 Maret 2020 pukul 16.45 WIB. Dok TEMPO/Dhemas Reviyanto
4 Tahun Lalu Ibunda Jokowi Berpulang, Ini Nasihat Sudjiatmi Notomiharjo untuk Putranya

Tepat 4 tahun lalu, ibu Jokowi meninggal dunia di usia yang ke-77 karena penyakit kanker


Mengenal Multiple Myeloma, Kanker Darah yang Menyerang Sel Plasma

4 hari lalu

Dr. dr. Jeffry Beta Tenggara Sp.PD-KHOM dalam edukasi bertajuk Webinar Awam Untuk Tingkatkan Kesadaran Akan Penyakit Multiple Myeloma oleh Johnson & Johnson Indonesia bekerja sama dengan Yayasan Kanker Indonesia dan dihadiri oleh sekitar 80 peserta pada Sabtu 23 Maret 2024/Johnson & Johnson
Mengenal Multiple Myeloma, Kanker Darah yang Menyerang Sel Plasma

Multiple myeloma juga dikenal sebagai kanker darah terbanyak di dunia setelah leukemia.