TEMPO.CO, Jakarta - Kita sering dihadapi dengan pendapat menyusui langsung atau menggunakan botol, menentukan waktu tidur atau membebaskan waktu tidur, ibu bekerja atau ibu di rumah, baby-led weaning atau disuapi, dan masih banyak lainnya. Lantas mana yang paling baik?
Tidak ada rumus pasti untuk menentukan metode pengasuhan anak. Zaman berkembang, pola hidup manusia berubah, plus perbedaan kondisi setiap keluarga dan pribadi yang berbeda membuat persoalan pola asuh anak tidak bisa dilihat secara hitam putih.
Rachel Waddilove, perawat persalinan sekaligus penulis sejumlah buku metode pengasuhan anak yang telah berpengalaman selama 40 tahun, mengakui banyak hal yang berubah dalam pengasuhan anak modern. Ia tak memungkiri, banyak teori dalam buku The Baby Book (2006) buatannya kini tidak berlaku lagi.
Baca juga: Apa Saja Prinsip Dasar Parenting
Baca juga: Tips Parenting: 8 Cara agar Anak Gampang Tidur
“Bukan saya yang berubah, tetapi para ibu modern. Kalian semua sangat sibuk, banyak bepergian, dan kalian menakut-nakuti diri sendiri dengan membaca hal-hal tidak masuk akal di internet,” kata Waddilove yang juga konsultan aktris Gwyneth Paltrow.
Saat ini secara umum ada dua kubu terbesar dalam metode pengasuhan anak: baby-led parenting dan parent-led parenting. Waddilove berpendapat, Anda tidak harus memilih salah satu, tetapi ambillah hal-hal terbaik yang bisa diterapkan di rumah Anda. “Kunci keluarga yang bahagia adalah rutinitas yang fleksibel dan penuh cinta,” kata Waddilove.
Sesuaikan dengan kebutuhan ibu dan bayi serta pastikan cara yang dipilih membahagiakan keduanya. Tak kalah penting, ketahui aspek psikologis di balik munculnya dua metode pengasuhan anak itu.
“Baby-Led Parenting”
Aliran baby-led parenting atau attachment parenting meyakini bayi mampu “menentukan” sendiri apa saja kebutuhan mereka dalam masa tumbuh kembang. Sedangkan orang tua menjadi pendamping dan fasilitator dalam setiap fase pertumbuhan. Aliran ini muncul sebagai jawaban atas banyaknya persoalan pada anak, yang berakar pada kurangnya kedekatan emosional anak dan orang tua.
Metode attachment parenting dikembangkan dokter spesialis anak asal AS, William Sears, dan istrinya, Martha, pada 1980-an. Metode ini menekankan pentingnya hubungan intim antara ibu dan bayi lewat menyusui secara langsung, tidur satu kamar, dan sering menggendong bayi. Idenya, kedekatan yang intim akan membangun rasa aman, nyaman, dan rasa percaya terhadap orang tua yang dimulai sejak bayi.
Meski ide membangun ikatan batin dengan bayi tidak dimungkiri menjadi fondasi pengasuhan yang sangat baik, banyak yang mengatakan metode ini bisa menyebabkan menurunnya kesehatan fisik dan mental ibu. Memberi ASI sesuai keinginan bayi, berarti ibu harus siap kapan saja dan di mana saja untuk “membuka pabrik” setiap kali si kecil menangis minta disusui, sekalipun sedang beristirahat. Alhasil, waktu istirahat tidak berkualitas. Belum lagi kelelahan dan terbatasnya ruang gerak ibu karena sulit meninggalkan si kecil.
Baca juga: Metode Parenting Versi Gibran Jokowi
Di sisi sebaliknya, ada “penawaran” menarik dari aliran parent-led parenting yang menjadikan orang tua sebagai pemegang kendali. Metode yang dipopulerkan perawat persalinan asal Inggris, Gina Ford, ini diyakini mampu membuat ibu bisa menjalani hari-hari dengan lebih “tenang”. Dalam buku berjudul The Contented Little Baby Book (1999), Ford mempromosikan agar orang tua membuat jadwal rutinitas bayi seperti waktu menyusu, jam tidur, makan, hingga waktu bermain dan menerapkannya secara konsisten.
Ford berargumen, orang tua yang memberi ASI sesuai keinginan bayi berisiko salah menginterpretasikan tangis bayi dan melihat sumber masalah tangis bayi. Sebab kapan pun bayi menangis, mereka akan mengira bayi menginginkan ASI. Menurutnya, membuat jadwal yang diterapkan secara konsisten dapat membantu bayi untuk menyesuaikan jam biologis dan memberi kebutuhan mereka pada waktu yang tepat. Cara ini juga membantu bayi tidur semalaman penuh ketika mereka berusia 8-10 minggu, sehingga ibu mendapat istirahat yang cukup dan terhindar dari kelelahan karena begadang.