TEMPO.CO, Jakarta - Ada pendapat stroke akibat perdarahan lebih mematikan dibanding penyumbatan pembuluh darah. Terkait dengan hal tersebut, Direktur Utama Rumah Sakit Pusat Otak Nasional Dr Mursyid Bustami, SpS (KS), KIC, MARS menyatakan, “Secara keseluruhan, dokter menyebut stroke akibat perdarahan lebih parah. Namun tergantung pada lokasi dan bentuk pembuluh darah. Jika pembuluh darah yang tersumbat berukuran besar, akibatnya bisa sangat parah."
Tidak ada pertolongan pertama untuk penderita stroke. Mursyid mengingatkan, stroke seringan apa pun, pasien harus dibawa ke rumah sakit.
Dalam kamus medis, ada istilah stroke-in-evolution. Gejala awal stroke sekilas tampak sepele. Anggota keluarga menganggap gejala itu tidak berbahaya, apalagi kata evolusi, artinya perubahan perlahan-lahan dalam waktu lama.
“Awalnya, pasien bicaranya cadel. Beberapa jam kemudian, paling lama satu sampai dua hari, dia tidak bisa berjalan. Evolusi dalam stroke itu paling lama satu sampai dua hari saja,” kata Mursyid.
Asumsi lain yang beredar di kalangan awam, perempuan lebih berisiko terkena stroke. Menurut Mursyid, hal itu tidak sepenuhnya benar.
Ia mengungkap fakta, yang lebih sering terpapar stres akibat pekerjaan dan rokok adalah laki-laki. Karena itu, lebih banyak laki-laki usia muda (45 sampai 50 tahun) yang terkena stroke. Namun, pada rentang usia tua, lebih banyak perempuan yang kena.
“Yang dimaksud usia tua adalah fase menopause atau usia 50 tahun ke atas. Penyebabnya, saat menopause, jumlah hormon estrogen di tubuh menurun drastis, padahal salah satu fungsi estrogen melindungi kesehatan perempuan. Namun, secara keseluruhan, laki-laki lebih banyak kena stroke daripada perempuan,” ucap Mursyid.
Artikel lain:
Ketahui Faktor Risiko Stroke, Salah Satunya Kurang Bergerak
5 Cara Mudah dan Efektif Mencegah Stroke
Kesemutan dan Bicara Tak Nyambung, Awas Gejala Stroke