TEMPO.CO, Jakarta - Model Dylan Sada, dengan nama lengkap Aldila Wulandari Kusumashanty Pranadjaja, menunjukkan foto wajahnya yang penuh luka di Instagram. Dia menulis kalau wajah luka-luka tersebut adalah hasil kekerasan dari pasangannya.
Model Indonesia yang menetap di New York, Amerika Serikat, ini mengatakan kalau dia tidak hanya menerima kekerasan fisik tetapi juga verbal yang sangat menakutkan dari pasangan.
“Aku didorong, diikat dan disikut di wajah dengan keras sehingga lidahku luka. Aku ditarik rambutnya begitu keras lalu dibanting ke lantai,” tulis Dylan Sada di Instagram.
Dia juga memberi pesan kepada orang yang pernah dilukai pasangannya untuk langsung pergi dan jangan berharap pasangannya akan berubah. Psikolog Kasandra Putranto menjelaskan alasan banyak perempuan merasa takut untuk langsung melaporkan kekerasan yang dilakukan oleh pasangan.
Artikel terkait:
Kasus Dylan Sada, Kenali Tanda Pasangan Lakukan Kekerasan Fisik
Dylan Sada Jadi Korban Kekerasan, Ini Langkah yang Perlu Diambil
“Karena Perempuan berada pada posisi yang tidak berdaya. Sementara ada posisi yang lebih kuat dan abusive,” tutur Kasandra kepada Tempo, Rabu, 7 Maret 2018.
Ada tiga hal yang membuat perempuan merasa tidak berani bertindak lebih lanjut atau mengadukan kekerasan yang dilakukan pasangan ke pihak berwenang. Tiga hal tersebut adalah perasaan tidak berdaya, tidak mampu secara finansial, dan juga ketergantungan.
Persoalannya, pelaku kekerasan umumnya semakin agresif ketika diancam akan ditinggalkan korban dan hal tersebut juga menjadi faktor yang menakutkan untuk korban.
“Umumnya korban memiliki profil psikologis yang khas sebagai akibat dari pola tumbuh kembang dan pengalaman masa lalu. Harus ada intervensi perubahan perilaku dan manajemen trauma bila tidak berani mengadu,” lanjut Kasandra.
Perempuan perlu pendampingan yang tepat oleh orang yang tepat, agar tidak terjadi trauma sekunder.