TEMPO.CO, Jakarta - Kematian Ahmad Budi Cahyono, 26 tahun, guru yang dianiaya muridnya, HI, 17 tahun, siswa Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Torjun, Sampang, Madura, pada 1 Februari 2018 membuat publik terenyak. Apalagi pemicunya sepele. Si murid yang selama jam belajar tidak mengerjakan tugas dan malah asyik mengganggu temannya tidak terima ketika sang guru menegur dan mencoreng pipinya dengan cat.
Bagaimana mungkin seorang murid bisa melakukan kekerasan terhadap guru? Psikolog anak dan remaja, Vera Itabiliana Hadiwidjodo, mengatakan banyak faktor yang menyebabkan anak berkarakter emosional dan temperamental.
“Antara lain karena anak tidak terbiasa mengelola emosi dengan baik, kecerdasan emosinya tidak dikembangkan, atau bisa jadi anak belajar cara yang salah untuk mengekspresikan emosi,” ucap Vera.
Baca juga:
Bila Ego Anak Kecil Mirip Remaja
Kiat Jadi Teman Diskusi Anak yang Beranjak Remaja
Bau Badan Mulai Menyengat Saat Remaja, Apa Sebabnya
Menurut Vera, sifat emosional dan temperamental akan semakin terlihat ketika anak memasuki usia remaja.
“Ini ada hubungannya dengan perkembangan otak, khususnya di area prefrontal cortex (otak bagian depan) yang belum sempurna. Bagian ini memiliki fungsi eksekutif, antara lain membantu pengambilan keputusan dengan mempertimbangkan konsekuensi, baik-buruk akibatnya. Bagian ini baru akan berfungsi secara optimal ketika memasuki usia 20-an. Sebelum itu, pengambilan keputusan dan tindakan remaja lebih banyak dipengaruhi emosi,” ujar Vera.
Maka, sangat penting peranan orang tua untuk meredam emosi anak, sehingga tidak berlanjut kepada hal-hal yang sifatnya agresif.
“Remaja makhluk emosional, jadi bantu dia untuk meredam emosi dulu, sehingga rasionya dapat membantu mencari solusi. Rasio akan tertutup jika dia masih emosional,” tambah Vera.