TEMPO.CO, Jakarta - Ada sejumlah mitos di masyarakat tentang kanker. Salah satunya tentang biopsi yang menyebabkan penyebaran sel kanker.
"Kalau melakukan biopsi, kanker menyebar, itu tak benar," ujar ahli onkologi sekaligus konsultan dari The Cancer Center, Singapore Medical Group (SMG), Dr Wong Seng Weng di Jakarta, Rabu, 24 Januari 2018.
Menurut Wong, penyebaran kanker karena mempunyai kemampuan menyebar seiring waktu. Selain itu, risiko penyebaran semakin besar terjadi kala pasien terlambat menjalani perawatan.
"Kanker menyebar seiring waktu, dia memiliki kemampuan menyebar. Selain itu pasien terlambat menjalani perawatan dan kemampuan sel kanker bersembunyi," katanya.
Biopsi merupakan prosedur mengambil jaringan atau sampel sel dari tubuh untuk menegakkan diagnosis suatu penyakit. Dengan kata lain, melalui biopsi, ahli kesehatan bisa mengetahui kondisi jaringan sel mengalami ganguan atau tidak.
Prosedur ini paling sering digunakan untuk mendeteksi kanker, walau memang bisa juga untuk mengindentifikasi kondisi-kondisi lain. Sejumlah kondisi yang biasanya mengharuskan biopsi misalnya pemeriksaan mamogram, yang menunjukkan benjolan di bagian payudara dan dicurigai kanker atau tahi lalat pada kulit dan berubah bentuk.
Kanker menjadi masalah kesehatan di Indonesia dan bahkan diprediksi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 2030 akan meningkat tujuh kali lipat jumlah pasien kanker di Indonesia.
Data yang didapatkan dari Kementerian Kesehatan menunjukkan bahwa pada 2012 jumlah angka kematian akibat kanker telah mencapai 8 juta. Kanker paru-paru, hati, usus, kolorektal, payudara, dan serviks merupakan penyebab kematian terbesar setiap tahun di Indonesia, di mana prevalensi kanker pada 2013 mencapai 0,14 persen atau 347.792 orang dari total populasi.
Artikel lain:
Makanan dengan Pengawet dan Pewarna Picu Kanker Limfoma Hodgkin
Awal Mula Sel Kanker Bersarang di Paru - paru
Mitos dan Fakta tentang Kanker Payudara, Awas Terkecoh