TEMPO.CO, Jakarta - Sebuah penelitian menemukan fakta baru bahwa stres dapat mengaktifkan neuron-neuron di otak yang merangsang keinginan untuk menyantap karbohidrat.
Saat tim peneliti National Institute for Physiological Sciences di Jepang mengaktifkan neuron-neuron yang terkait dengan respons stres pada tikus, mereka mendapati hewan pengerat itu menyantap makanan tinggi karbohidrat tiga kali lebih banyak dari tikus lain.
Yang menarik, menurut penelitian yang dipublikasikan di jurnal ilmiah Cell Report pada 17 Januari itu, tikus yang neuronnya diaktifkan mengurangi separuh asupan makanan tinggi lemak.
Profesor Yasuhiko Minokoshi, yang memimpin para peneliti, menyebutkan riset ini sebagai penelitian pertama yang menunjukkan bagaimana aktivitas otak mempengaruhi preferensi makanan ketika berhadapan dengan karbohidrat dan lemak.
Baca juga:
Musim Hujan, Cegah Selesma dengan Menjaga Daya Tahan Tubuh
Stryofoam Dianggap Berbahaya untuk Kesehatan, Ini Faktanya
Waktu Bangun Tidur Tanda Kepribadian, Paling Bagus Bangun Jam...
Baca Juga:
"Banyak orang yang makan permen terlalu banyak saat stres cenderung menyalahkan diri sendiri karena tidak dapat mengendalikan nafsu mereka," ujarnya, seperti dikutip Japan Times. "Tapi jika mereka tahu itu karena neuron, mungkin mereka tidak akan terlalu menyalahkan diri sendiri."
Lebih lanjut, Profesor Minokoshi mengatakan menekan neuron-neuron spesifik yang terlibat tidak akan langsung memperbaiki pola makan. Sebab, neuron-neuron itu juga punya peran penting lain. Namun menemukan molekul tertentu di neuron dan menekan sebagian aksinya dapat mengurangi konsumsi makanan kaya karbohidrat secara berlebihan. Zat yang bisa mengaktifkan neuron bisa dikembangkan untuk mengobati orang yang terlalu banyak mengkonsumsi lemak.
ANTARA