TEMPO.CO, Jakarta - Kain tenun tradisional kini semakin digemari. Tidak hanya untuk dikoleksi tapi juga dipakai. Hal ini tidak terlepas dari karya desainer seperti Didiet Maulana, yang menggunakan kain tenun khas Sumba. Baca: Didiet Maulana Kenalkan Budaya Indonesia Lewat Bhumi Sumba
Menurut Didiet Maulana, kain Sumba selama ini lebih banyak digunakan sebagai sarung untuk bawahan karena tekstur dan beratnya. Namun tidak menutup kemungkinan dalam penggunaannya kain Sumba dapat dieksplorasi lebih banyak. Misalnya, bentuk sarung atau bawahan yang dapat digunakan untuk gaya kasual, gaun malam yang dapat dipadukan dengan atasan seperti kebaya, baju bodo, atau baju kurung.
Selain itu, kita juga dapat menggunakan teknik tertentu mengaplikasikan kain tenun sebagai pakaian tanpa harus memotong. Didiet mencontohkan untuk gaya kasual, kain Sumba dapat dipadukan dengan atasan seperti kaus.
“Caranya bisa dilipat pendek seperti mbak Andien, dengan kaus kemudian dikasih kalung,” ujarnya usai memperkenalkan laman Bhumi Sumba dalam peluncurkan platform Krowd di Jakarta, 10 Januari 2017.
Direktur kreatif IKAT Indonesia ini menambahkan kain Sumba juga dapat digunakan dalam acara-acara resmi, seperti pernikahan, sebagai bawahan. Sedangkan atasannya dapat dipadupadankan dengan beskap Jawa model tuksedo seperti yang dipakai Hamish Daud beberapa waktu lalu. Bacajuga: 4 Koleksi Busana dari Kain Tradisional di Fashion Legacy
Kain Sumba tidak hanya berbentuk lebar tapi juga ada yang berbentuk seperti syal dengan ukuran yang lebih kecil 100 x 80 centimeter dan bertekstur tipis. Kain Sumba jenis ini menurut Didiet dapat diaplikasikan dengan kain lain seperti sifon atau katun.
“Nanti bisa dijadikan sebagai outerwear, jaket, dalaman, atau dengan aksen tertentu kainnya bisa menjadi syal,” ujar inisiator laman Bhumi Sumba ini. Didiet juga berencana ingin menyebarkan cara pemakaian kain Sumba serta makna motif-motifnya kepada khalayak luas melalui Bhumi Sumba.
Bhumi Sumba merupakan laman yang digagas Didiet bersama anak-anak muda kreatif lain melalui platform Krowd. Dalam laman tersebut, dia ingin mengenalkan budaya dan daerah Sumba lebih mendalam kepada anak-anak muda jaman sekarang khususnya.