TEMPO.CO, Jakarta - Kepribadian introver dan ekstrover sangat bertolak belakang. Dengan dua kepribadian yang seperti air dan api, mungkinkah mereka menjalin cinta?
Menurut pendapat psikolog dari Pusat Informasi dan Rumah Konsultasi Tiga Generasi, Anna Margaretha Dauhan, meski pasangan introver dan ekstrover akan saling membantu pasangannya untuk meraih hal yang baru, keduanya perlu saling memahami proses dan keterbatasan yang dimiliki pasangannya.
Pribadi introver, misalnya, akan kelelahan jika terus menerus dituntut untuk bertemu dan berinteraksi dengan banyak orang yang bukan lingkungan terdekatnya atau pribadi ekstrover akan merasa bosan jika terus menerus melakukan sesuatu yang tidak terpapar berbagai hal di luar dirinya.
“Jadi, jangan beranggapan jika si introver ingin sendiri maka ia tak ingin bergaul atau ketika si ekstrover pergi menghabiskan hari bersama teman-temannya, itu artinya sudah tidak ada kepedulian lagi," tutur Anna.
"Bisa jadi ia sebenarnya sedang mengisi ulang ‘energi’ mentalnya. Oleh karenanya, jika pasangannya terus dipaksakan berada di luar zona nyaman mereka maka keseimbangan ‘energi’ mentalnya akan terganggu,” jelasnya.
Keretakan hubungan bisa saja terjadi jika pasangan unik ini tidak bisa saling memahami dan mengerti karakteristik pasangannya.
“Penting bagi pasangan introver-ekstrover untuk mencari titik tengah agar kebutuhan keduanya dapat terakomodasi. Misalnya, dengan bergantian melakukan kegiatan di luar dan kegiatan soliter. Juga memberi ruang apabila pasangannya ingin menyendiri ataupun ingin bersama teman atau orang lain selain pasangannya,” saran Anna.
Artikel lain:
Tantangan Menikah Muda, Tidak Siap Lahir Batin
Cinta Tak Mesti Egois, Hindari Lakukan 4 Hal Ini
4 Cara Menggaet Cinta Pria Idaman