TEMPO.CO, Jakarta - Arini Subianto kini tercatat sebagai wanita terkaya di Indonesia dan juga Presiden Direktur Persada Capital Investama, sebuah perusahaan operasional untuk banyak perusahaan lain. Peran Arini dalam perusahaan tersebut adalah sebagai pemegang saham dan sebagai komisaris, di mana dia memonitor bagaimana tim melaksanakan tugas perusahaan.
Arini tidak campur tangan dengan bagaimana tim pengelolanya bekerja. Wanita berusia 47 tahun ini juga masih banyak belajar di industri yang baru untuknya itu. Baca: Arini Subianto, dari Jual Kado sampai Jadi Wanita Terkaya
Sebagai pemimpin perempuan, Arini merasa kalau stigma dan stereotip masih ada karena puluhan tahun yang lalu wanita identik dengan pekerjaan sebagai ibu rumah tangga. Namun, sekarang sudah banyak wanita sukses di bidang apapun dan menjadi pemimpin yang baik.
“Kalau kita sudah mengerjakan PR (pekerjaan rumah) sendiri, kita sudah memahami masalahnya. Dengan sendirinya kita sudah mendobrak stigma-stigma yang ada,” ujar Arini Subianto di Jakarta, 12 Desember 2017. Baca juga: Arini Subianto, Wanita Terkaya yang Sempat Ingin Jadi Arsitek
Di industri yang lebih maskulin, Arini tahu bagaimana dia membawa dirinya sebagai pemimpin wanita. Ia mengakui kalau memimpin di industri yang didominasi pria, seperti karet dan batu bara, pasti akan menemui berbagai macam tantangan.
Namun ibu dua anak ini selalu memastikan kalau dia sudah tahu semua yang perlu diketahui dan memiliki semua pengetahuan yang diperlukan. Dia juga mendapat banyak dukungan untuk belajar mengenai berbagai macam hal di industri tersebut yang sebelumnya tidak dia ketahui.
“Kalau kepercayaan dan kulturnya sangat didominasi pria, itu pasti tantangannya lebih susah. Tetapi tetap PR pertama untuk kita adalah mengisi kepala,” lanjut Arini. Artikel lain: Meski Terkaya, Arini Subianto Malas ke Salon dan Tak Perlu Sisir
Ilmu dasarnya harus ada dan harus mengerti industri bergerak ke mana. Kalau ingin menjadi pemimpin yang aktif, harus tahu bagaimana semua hal dalam perusahaan bekerja. Dia juga melihat kalau menjadi pemimpin adalah berinteraksi dengan manusia lain. Arini selalu melihat produktivitas dan efisiensi para pekerjanya.