TEMPO.CO, Jakarta - Nama Jenahara Nasution sudah tidak asing lagi, terutama di kalangan hijabers dan baju Muslim. Desainer berumur 32 tahun dengan panggilan Jehan ini telah merilis label Jenahara sejak 2011 dengan konsep baju Muslim dan hijab yang unik dan modis.
Jehan sebelumnya juga sudah memamerkan koleksinya di Thailand dan Italia. Dikenal dengan desainnya yang berwarna monokrom dan formal, Jehan memiliki ciri khas tersendiri di setiap desain.
Baca Juga:
Namun, sekarang Jehan telah memperluas desainnya ke pasar yang lebih besar. Sebagai direktur kreatif untuk brand mode Muslim "Suqma", Jehan harus melepaskan idealismenya untuk mengembangkan industri mode Muslim di Indonesia. Melalui koleksi “Djellaba” yang terinspirasi dari Maroko, Jehan mendesain busana kasual dengan warna-warna cerah dan pastel yang sangat berbeda dengan desain label Jenahara.
Baca juga:
Desainer Indonesia Unjuk Karya di Dubai Modest Fashion Week 2017
Ria Miranda Bikin Pakaian dari Bunga dan Kulit Avokad
Gaya Natal dan Tahun Baru 2018: Merah dan Hijau Mulai Ditinggal
“Koleksi di Suqma itu beda banget dengan Jenahara. Kalau Suqma itu fast fashion, jadi aku lebih fokus ke desain yang menurutku akan disukai oleh pasar yang lebih besar,” ujar Jehan di Jakarta, Rabu, 6 Desember 2017.
Koleksi yang Jehan rancang untuk Suqma memiliki basis dari data yang melihat produk apa yang disukai, dari warna sampai jenis busana. Produk-produk yang ada di Suqma disesuaikan dengan komunitas hijabers. Suqma adalah label industri yang fokus dengan pasar Muslim di Indonesia. Sedangkan desain Jenahara lebih ke arah aestetika, mengeluarkan busana-busana yang unik dan berbeda, yang dapat menunjukkan karakter dan ciri khas Jehan.
“Aku senang karena banyak yang menyadari Muslim itu pasarnya luas dan beragam. Jenahara dan Suqma memiliki pasar yang sangat berbeda,” lanjut Jehan. Menurutnya, sayang kalau desainer hanya fokus ke satu pasar bila mendapatkan kesempatan untuk memperluas ke pasar lain.