TEMPO.CO, Jakarta - Di luar kemampuan, penampilan menjadi faktor lain yang berperan penting dalam membangun citra seorang wanita karier. Menurut penelitian Jaclyn Wong, profesor sosiologi di Univesitas Chicago, Amerika Serikat, yang dimuat laman ScienceDirect pada 2016, disebutkan bahwa wanita karier disarankan memberi perhatian lebih pada penampilan demi penghasilan lebih tinggi.
Di sisi lain, penampilan terlalu atraktif bisa memunculkan kesan kurang kompeten dalam pekerjaan. Inilah sebabnya ketika pekerja perempuan berlomba mewarnai rambut dengan aneka warna terang, mengganti kacamata dengan lensa kontak, mengenakan sepatu berhak tinggi dan busana kerja yang menarik, seorang CEO wanita di Lembah Silikon, Amerika Serikat, Eileen Carey, melakukan hal sebaliknya.
Ia mempertahankan kacamata dan menggelapkan warna rambutnya yang pirang. Kepada stasiun televisi BBC, Carey mengakui ini.
Menurut Traci Sitzman, profesor manajemen di Universitas Colorado, Denver, AS, hal simpel seperti warna rambut bisa membuat perbedaan dalam bagaimana perempuan akan dipandang di tempat kerja. Tentu saja, penilaian dan pandangan hanya berdasarkan penampilan bisa saja salah.
Baca juga:
Semakin Tua Semakin Sulit Dapat Pekerjaan, Begini Mengatasinya
5 Profesi dengan Tingkat Stres Tertinggi, Apa Saja Itu?
Jenis Pekerjaan yang Cocok untuk Zodiak Gemini
“Kita semua punya persepsi tentang wanita berambut coklat atau wanita berambut pirang. Masalahnya, sebenarnya kita menginginkan mereka bekerja dan meningkatkan karier dalam organisasi, bukan duduk dan mengurus warna rambut,” kata Sitzman.
Seperti apa kriteria pekerja wanita yang dianggap atraktif? Wong menyebut dua aspek. Pertama, penampilan alami, misalnya bentuk tubuh ideal dan wajah yang simetris. Kedua, penampilan yang diciptakan sendiri, misalnya riasan wajah, busana, dan warna rambut.
Dalam penelitian Wong, faktor kedualah yang paling memberikan perbedaan besar dalam bagaimana seorang wanita dipersepsikan. Ia menyimpulkan, wanita yang tampil atraktif karena faktor buatan manusia, yakni riasan, warna dan tata rambut, serta pilihan busana cenderung mendorong orang lain nyinyir terhadap kemampuan kerja mereka.
Persepsi ini bisa berbeda pada wanita dalam tingkatan karier berbeda. Penampilan atraktif memberi keuntungan lebih di tahap awal karier. Namun ketika mereka sudah memasuki jabatan lebih lanjut, penilaian itu berubah.
“Begitu wanita memasuki jabatan manajerial, posisi pemimpin, posisi yang berkuasa, kecantikan dan penampilan yang berlebihan menjadi kekurangan karena stereotip wanita cantik tidak kompatibel dengan pekerjaan. Jadi. jika tampil terlalu cantik, mungkin Anda tidak kompeten dan tidak terlalu pintar. Penilaian berdasarkan penampilan itu lebih banyak terjadi pada wanita daripada pria,” urai Wong.