TEMPO.CO, Jakarta - Ketika beranjak remaja, anak biasanya akan mengambil jarak dari orang tuanya. Pada masa ini, waktu anak sebagian besar dihabiskan untuk berkegiatan di luar rumah, pergi bersama teman - temannya, atau asyik sendiri bermain gadget.
Baca:
Psikolog: Jangan Biarkan Anak Diperbudak Gadget
Anak Suka Main Gadget, Kapan Waktunya Periksa Mata?
Perlahan, mulailah ada jarak antara anak dan orang tua. Indikasi yang paling mudah, anak kerap menolak jika diajak pergi bersama orang tua. Jika jarak ini dibiarkan dan orang tua mengabaikannya, bukan tak mungkin anak hanya akan datang ke orang tua saat mereka membutuhkan materi. Dan orang tua baru merasa kesepian setelahnya.
Lew Mi Yih, Direktur Eksekutif Cornerstone Community Services, sebuah komunitas sosial yang membantu mengatasi masalah keluarga, remaja, dan manula di Singapura mengatakan, ketika anak memasuki masa remaja maka ini adalah periode emas untuk membangun karakter anak.
"Jika orang tua tetap tenang dan terus memberikan waktu berkualitas untuk bicara dari hati ke hati serta melibatkan anak di kehidupan nyata, mereka bisa membimbing anak melalui masa praremaja yang penuh tantangan," kata Lew Mi Yih. Ada empat cara yang bisa dilakukan oleh orang tua guna membangun komunikasi dengan anak - anaknya yang masuk fase praremaja.
1. Jangan menghakimi
Ajukan pertanyaan untuk memahami situasi ketimbang langsung menuding kesalahan. Setelah mengetahui dan memahami akar persoalan, beri solusi untuk membantu anak keluar dari masalah. Orang tua perlu mengubah gaya mereka dari yang gemar memerintah menjadi lebih bersahabat.
Anak remaja dan praremaja tetap butuh keleluasaan untuk mengembangkan kemampuan berargumentasi dan bertanggung jawab terhadap diri sendiri. “Jika mereka menghabiskan waktu terlalu banyak dengan layar ponsel dan media sosial misalnya, cari tahu apa yang membuat mereka begitu tertarik. Apa yang mereka cari di sana? Cari tahu hal itu untuk memahami dunia mereka. Dengarkan dan berempatilah dengan tekanan yang mereka hadapi. Bantu mereka melihat dunia lain yang lebih besar dari dunia maya atau lini masa,” kata Lew Mi Yih.
2. Beri ruang berekspresi
Sebagai generasi yang lahir di era digital, kids jaman now mendapat akses yang sangat mudah ke internet. Kadang, kita tidak bisa benar-benar percaya tentang apa yang dilakukan mereka di jagat maya atau mengapa mereka menjaga jarak dengan kita.
Namun memberi kepercayaan kepada mereka menjadi faktor penting untuk mempertahankan kelekatan hubungan orang tua dan anak. “Alih - alih menekan atau berusaha terlalu keras untuk masuk ke hidup mereka, pertimbangkan untuk mundur dan memberi ruang pribadi untuk anak,” ucap Lew Mi Yih.
3. Keluarga adalah zona nyaman
Memata - matai aktivitas anak bukanlah pilihan bagus. Pastikan anak tahu bahwa keluarga adalah zona nyaman. Di lingkungan keluarga, mereka dihargai sebagai individu. Ketika anak praremaja merasa punya keluarga sebagai tempat aman, tanpa diminta pun mereka akan menceritakan segala persoalan yang dihadapinya.
Nah, bagaimana supaya keluarga menjadi zona nyaman buat anak? Lew Mi Yih mengatakan, orang tua mesti membuka diri dan memulai percakapan santai engan anak. "Buat anak sadar bahwa Anda sangat memperhatikan kehidupan mereka. Jika merasakan adanya perubahan perilaku, ungkapkan perasaan Anda dengan perlahan. Buat mereka tahu, Anda selalu siap membantu ketika ada masalah,” ujarnya.
4. Bijak menggunakan media sosial
Untuk memahami pemikiran anak, orang tua perlu masuk ke dunia mereka. Salah satunya, orang tua turut menggunakan media sosial. Tapi berhati-hatilah ketika bermain media sosial. Jangan mempermalukan anak di jagat maya. Orang tua harus bisa menahan diri untuk tidak selalu menulis komentar di akun medsos anak.
“Banyak orang tua tidak sadar bahwa membayang - bayangi, menasihati, atau menegur anak di dunia maya akan dibaca banyak orang,” kata Lew Mi Yih. Sebagai orang tua, Anda harus memberi contoh berperilaku yang baik di media sosial. Salah satunya, mengetahui kapan waktunya berkomentar dan bagaimana menulis komentar tanpa menyinggung perasaan.