TEMPO.CO, Solo - Sejumlah batik dan perhiasan karya desainer Iwan Tirta akan dipamerkan di Gedung Batari Solo pada Kamis, 30 November 2017. Pameran dan peragaan busana itu menjadi bagian dalam Konferensi Batik Nusantara yang digelar Pemerintah Kota Surakarta bersama Yayasan Warna Warni Indonesia.
Baca juga:
Membedakan Batik Tulis, Batik Cap, dan Batik Cetak
Alasan Motif Batik Kuno Lebih Mahal dan Penuh Makna
Festival Film Tempo 2017, Putri Marino Pilih Batik Semanggi
Ketua Yayasan Warna Warni Indonesia Krisnina Akbar Tandjung mengatakan koleksi Iwan Tirta yang akan dipamerkan merupakan karya terbaik. "Tergambar dari siapa yang mengoleksi karya-karya ini," katanya saat ditemui di Surakarta, Selasa 28 November 2017.
Karya yang akan dipamerkan dalam konferensi itu merupakan koleksi dari keluarga mendiang Ibnu Sutowo. "Tepatnya milik menantunya," kata Nina. Menurut dia, keluarga itu memiliki koleksi terbaik karya desainer terkemuka Iwan Tirta. Koleksi yang akan dipamerkan memiliki beragam model serta bahan. "Termasuk bahan katun maupun sutra," katanya.
Beberapa karya yang ditampilkan berupa aneka perhiasan karta dari desainer yang sama. Nina menjelaskan, mendiang Iwan Tirta merupakan salah satu desainer yang berhasil mengangkat citra batik hingga kancah internasional. Dia juga berhasil memberikan nilai tambah terhadap budaya batik. "Misalnya, dia menggunakan prada sehingga batik terlihat sangat berkelas," ujarnya.
Ketua Yayasan Warna Warni Indonesia, Krisnina Akbar Tandjung menjawab pertanyaan saat jumpa pers Konferensi Batik Nusantara 2017. TEMPO | Ahmad Rafiq
Busana rancangan Iwan Tirta juga banyak digunakan oleh kepala negara sahabat saat berkunjung ke Indonesia. Hal ini menjadi bukti bahwa karya desainer itu mendapat pengakuan hingga dunia internasional. "Karya-karyanya juga banyak dikoleksi oleh para pecinta batik," katanya.
Kepala Dinas Kebudayaan Kota Surakarta, Kinkin Sulthanul Hakim mengatakan konferensi itu akan dihadiri oleh para pelaku usaha batik, budayawan hingga akademisi. Mereka akan membicarakan masalah perkembangan batik dari sisi sejarah hingga perubahan sosial.
"Tentu saja Solo menjadi bagian sejarah dari perkembangan batik di Indonesia," katanya. Hingga saat ini batik masih menjadi produk andalan dari kota tersebut. Kinkin mengatakan batik tidak semata menjadi komoditas industri, namun juga bagian dari kebudayaan masyarakat.