TEMPO.CO, Jakarta - Percobaan bunuh diri, seperti overdosis obat terlarang dan melukai diri sendiri, kian meningkat. Sejumlah riset di Amerika Serikat menunjukkan tingginya angka percobaan bunuh diri pada anak dan remaja. Riset tersebut mengambil data dari beberapa rumah sakit tempat perawatan pasien yang mencoba melakukan bunuh diri dengan cara menyakiti diri dan membutuhkan bantuan psikolog.
Baca juga:
Bunuh Diri Tak Bisa Dicegah? Simak 5 Faktanya
Remaja Rentan Bunuh Diri, Simak Tanda-tandanya
Kenali Gejala Bunuh Diri dari Posting-an di Media Sosialnya
Seorang psikiatri dari Universitas Columbia, Amerika Serikat, Mark Olfson, mengatakan cyberbullying atau perisakan di dunia maya, penyalahgunaan obat-obatan terlarang, dan tekanan ekonomi menjadi alasan terbesar seorang anak atau remaja mencoba bunuh diri. "Kondisi ini harus menjadi perhatian orang tua, guru, dan dokter anak," ucapnya, seperti dikutip dari Time, Senin, 27 November 2017.
Studi Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit di Amerika Serikat yang diterbitkan Journal of American Medical Association menunjukkan pergeseran tindak percobaan bunuh diri pada anak dan remaja. Kenaikan paling tajam terjadi pada anak perempuan berusia 10-14 tahun. Kasus percobaan bunuh diri pada anak perempuan di usia tersebut meningkat hampir tiga kali lipat dari 2009 sampai 2015.
Dalam riset tersebut, sebagian besar anak serta remaja baik laki-laki dan perempuan memilih mencoba bunuh diri dengan minum racun atau obat-obatan terlarang. Selain itu, menyakiti diri dengan benda tajam kerap dilakukan.
Riset tersebut menyimpulkan, untuk mencegah percobaan bunuh diri pada anak dan remaja, penting untuk memberikan ruang gerak kepada anak dan remaja tersebut agar dapat mengekspresikan isi hati dan pikirannya. Selain itu, membebaskan anak dalam berinteraksi dengan anak seusianya serta, yang tak kalah penting, membekali mereka dengan kemampuan mengelola emosi dan keterampilan mengatasi masalah.