TEMPO.CO, Jakarta - Belum sanggup membeli barang bermerek yang asli, mungkin kamu tertarik untuk memiliki barang bermerek preloved alias bekas namun kondisinya masih bagus. Melihat barang-barang preloved dengan merek kelas atas, seperti Channel, Gucci, Louis Vuitton, dan lainnya tentu sangat menggiurkan.
Baca juga:
Miss Jinjing Berbagi Tip Beli Tas Mewah tapi Preloved
Berapa Harga yang Pantas untuk Sebuah Tas Preloved
Membaca Karakter Pembeli Barang Preloved di Indonesia
Karena berstatus barang preloved, tentu harganya juga lebih miring ketimbang harga aslinya. Namun pada saat membeli produk dengan merek ternama, kita tetap waspada. Sekarang banyak produk palsu yang kelihatannya sama persis dengan yang asli atau biasa disebut KW1 dan KW2.
Kendati terlihat sama persis, masih ada beberapa hal yang bisa diperiksa untuk mengetahui perbedaannya. Penjual barang preloved Adeyabags Authentic Shop, Christina menjelaskan beberapa hal yang perlu dilakukan calon pembeli barang preloved bermerek.
Irresistible Bazaar, menjual barang preloved bermerek di Grand Indonesia. TEMPO | Astari Pinasthika Sarosa
Baca Juga:
Pertama, lihat bahannya dan rasakan bahan produknya. Pahami dan pelajari perbedaan bahan asli dengan yang palsu. "Pada tas atau dompet misalnya, kalau bahan di dalamnya terasa keras atau kasar, maka itu palsu," ujar Christina di Grand Indonesia, Minggu 26 November 2017. Selain itu perhatikan motifnya. Jika ada yang tampak miring atau tidak rapi, itu juga masuk kategori non-original.
Kedua, produk asli memiliki kode atau urutan nomor di dalam produknya. Pastikan kalau barang yang dibeli menggunakan nomor seri. "Terkadang nomornya diumpetin supaya tidak ditiru, tapi pasti kalau asli ada kodenya," ucap Christina, sambil menunjukkan kode yang terletak di belakang kantong bagian dalam tas merek Louis Vuitton.
Selain itu, pembeli disarankan untuk cek langsung ke toko original dan melihat produk aslinya dulu. Perhatikan bagaimana bahan, jahitannya, motif, tekstur di bagian dalam dan luar, di mana letak nomor seri, dan sertifikatnya. Sebab, semakin sering melihat dan merasakan produk aslinya, maka kian tahu dan paham perbedaan antara yang asli dan tidak hanya dengan melihat produknya.