TEMPO.CO, Jakarta - Obesitas adalah masalah abadi kaum hawa. Konsultan psikologi anak, Aurora Lumbantoruan, M.Psi, menyebut dampak obesitas sangat kompleks.
Aurora mengatakan remaja putri yang obesitas lebih cepat mendapat menstruasi sehingga terkondisi harus bisa menyesuaikan diri dalam pergaulan sosial. Riset menyebut remaja putri yang obesitas lebih banyak mendapat dampak buruk daripada laki-laki.
"Mengingat wanita lebih banyak dituntut dalam hal penampilan fisik. Ilusi sosial kerap menempatkan wanita cantik adalah yang kurus atau langsing," ujar Aurora.
Baca Juga:
Fakta lain yang patut diingat remaja putri yang obesitas berpotensi besar memicu masalah atau mencari perhatian. "Diduga mereka tidak bisa mengendalikan amarah yang tertumpuk rasa malu karena gemuk. Agar lebih nyaman, ia kemudian melampiaskan kekesalan pada lingkungan," tambahnya.
Sayangnya, anak atau remaja yang obesitas dianggap bertanggung jawab terhadap kegemukannya sendiri. Akibatnya, kata Aurora, mereka lebih rentan mengalami depresi. Rasa percaya diri mereka rendah sehingga menganggap diri sendiri tidak mampu.
"Tingginya konsumsi gula pada mereka yang obesitas berpengaruh pada fungsi hipokampus, yakni bagian otak yang berfungsi mengingat dan berkonsentrasi. Tentu ini berdampak pada kecerdasan mereka," papar Aurora.
Dengan kondisi seperti ini, mereka yang obesitas mencari kenyamanan dengan makan enak, kemudian makin sering mengalami penolakan, menarik diri dari pergaulan, kesepian hingga semakin stres. Bukan tidak mungkin ini membuat mereka merasa tidak berdaya, tidak tahu lagi bagaimana harus mengubah diri.
"Mereka yang obesitas perlu mendapat dukungan dari keluarga mengingat dampak obesitas sangat kompleks. Perlu ditangani sedini mungkin. Yang diubah tidak hanya gaya hidup yang bersangkutan, gaya hidup keluarga pun mesti diubah," paparnya.
Artikel terkait:
Jaga Berat Badan, Obesitas Sebabkan 13 Jenis Kanker
Efek Obesitas pada Pernafasan, Begini Solusinya
Mahal Pemeriksaanya, Tak Ada Kasus Obesitas yang Sehat