TEMPO.CO, Jakarta - Kanker payudara masih menjadi penyakit yang misterius. Penyebabnya masih belum diketahui dan dapat datang tiba-tiba menimpa siapa saja. Itulah yang terjadi kepada Madelina Mutia, pendiri Love Pink Indonesia. Perempuan berumur 49 tahun ini masih ingat pada saat dia mendengar berita saat terkena kanker payudara.
“Saya masih ingat perasaan pada saat pertama kali mendengar berita tersebut, penuh emosi dan berbagai macam perasaan,” ujar Madelina Mutia, pemilik panggilan akrab Mutia, Selasa, 21 November 2017.
Di 2006, dokter menemukan tumor jinak di payudara Mutia. Setelah tumor tersebut diangkat, dokter mengatakan kalau Mutia harus kembali setiap tahun untuk melakukan pengecekan. Karena khawatir, Mutia cek payudara ke dokter dengan teknologi ultrasound setiap enam bulan. Tidak disangka kalau pada 2010 Mutia mendapat kabar buruk dari dokter bahwa ia terkena kanker payudara stadium 2B.
“Kanker itu seperti maling, datangnya diam-diam. Padahal enam bulan sebelumnya saya masih sehat-sehat aja,” lanjut Mutia.
Dia menjelaskan kalau pengetahuannya mengenai kanker pada saat itu masih sangat minim, dia pikir kalau kanker itu sudah pasti akan meninggal. Namun, karena suami dan anaknya, Mutia bertekad untuk terus berjuang melawan kanker ini.
“Apa saya bisa selamat atau tidak?" kenangnya.
Itulah pertanyaan Mutia kepada dokternya setelah mengetahui mengenai situasinya. Dokternya pun membalas dengan positif, memberi tahu proses pengobatan yang ia perlu lewati. Karena kanker payudara Mutia terdeteksi cukup cepat, dokter mengajukan positif kalau Mutia bisa sembuh.
Pada akhirnya, payudara Mutia yang terkena kanker diangkat sebelum menyebar ke organ lain. Mutia juga melakukan perawatan kemoterapi.
“Rambut saya botak, alis udah tidak ada, bulu mata sudah tidak ada, rontok semua,” ujar ibu satu anak ini.
Baca juga:
Penderita Kanker Payudara Semakin Muda, Waspadalah sejak Dini
SADARI Tak Cukup, Cegah Kanker Payudara sejak Dini dengan SADANIS
YPKI Targetkan Indonesia Bebas Kanker Payudara pada 2030
Dia mengakui kalau pada saat itu dukungan dari penyintas dan penderita kanker payudara sangat membantu. Mereka dapat menunjukkan kalau pemikiran positif berdampak kepada proses penyembuhan. Kalau pikirannya terus negatif dan penuh dengan kemarahan atau kekesalan proses penyembuhan akan lebih lama.
Dukungan komunitas kanker payudara juga sangat membantu. Mutia menyadari kalau saran dari mereka akan lebih diterima dibanding saran dari orang lain.
“Saya tentunya sangat berterima kasih kepada keluarga dan teman-teman yang menunjukkan kepedulian mereka. Namun saran yang paling menenangkan itu yang datang dari survivor atau orang yang terkena kanker payudara juga,” jelas Mutia.
Setelah satu tahun berjuang untuk melawan kanker payudara, Mutia sekarang berjuang untuk hal lain. Dia berjuang untuk memberikan edukasi mengenai kanker payudara, mendorong semua masyarakat untuk melakukan SADARI agar mereka tidak terlambat bila terkena kanker payudara.
Dengan organisasi Love Pink, Mutia memberikan dukungan kepada pasien kanker payudara lain mengingat betapa pesan dan dorongan dari sesama dapat membantu dalam perjuangan mereka. Dia juga terkadang pergi ke rumah sakit dan bertemu dengan pasien kanker payudara, memberikan motivasi agar mereka terus berjuang dan berpikir positif.