TEMPO.CO, Jakarta - Orang tua kerap hanya memperhatikan berat badan anak sebagai indikator kesehatan dan tumbuh kembang buah hatinya. Padahal tinggi badan dan lingkar kepala juga turut menjadi unsur penting dalam tumbuh kembang anak. Hal ini membuat orang tua tidak menyadari anak mengalami stunting.
Baca juga:
Gizi Buruk pada Si Kecil, IQ Rendah Mengintai
Cegah Kasus Balita Stunting dengan Konsumsi Ikan
Makan Telur Setiap Hari, Stunting Berkurang Hampir 50 Persen
Stunting adalah kondisi anak yang mempunyai tinggi badan di bawah rata-rata anak seusianya akibat malnutrisi, mulai sejak dalam kandungan hingga 1.000 hari pertama. Selain itu, tingginya infeksi akibat rendahnya kehigienisan dan kurangnya aktivitas fisik dapat memicu stunting. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar Kementerian Kesehatan pada 2013, sekitar 35 persen anak di Indonesia mengalami stunting.
"Jangan disangka penentu tinggi badan anak itu hanya faktor genetika atau keturunan, tetapi orang tua dapat mengoptimalkan tinggi badan anak dengan asupan nutrisi dan stimulasi aktivitas yang sesuai dengan anak,” kata dokter spesialis anak dan konsultan tumbuh kembang, Ahmad Suryawan, di Jakarta, Senin, 20 November 2017.
Suryawan menambahkan, anak yang mengalami stunting cenderung memiliki IQ lebih rendah daripada anak normal. Musababnya, ada korelasi positif antara tinggi badan dengan perkembangan otak. Stunting dapat dicegah sejak 1.000 hari pertama kehidupan anak dengan memberikan nutrisi yang tepat dan menstimulasi anak dengan gerak fisik yang sesuai dengan usia dan kebutuhan.
Ilustrasi anak-anak bermain bersama. shutterstock.com
Dokter spesialis kedokteran olahraga, Michael Triangto, menjelaskan, aktivitas fisik yang sesuai dengan anak adalah gerakan fisik yang menyenangkan dan aman. Gerakan yang dapat menstimulasi pertumbuhan otot, seperti jalan di tempat, melompat, dan berlari, sangat dianjurkan untuk mendorong pertumbuhan anak agar optimal.
“Aktivitas fisik tidak hanya memberikan manfaat kesehatan, tetapi juga mampu merangsang keterampilan motorik, perkembangan kognitif, dan kemampuan mengelola emosi," ujarnya. "Bahkan, jika aktivitas fisik dilakukan bersama orang tua, kegiatan ini dapat menguatkan hubungan emosional antara anak dan orang tua."
DWI NUR SANTI