TEMPO.CO, Jakarta - Seperti kain sari yang masih digunakan oleh perempuan India setiap hari, kain Nusantara Indonesia yang sudah berbagai macam juga seharusnya digunakan dengan bangga oleh masyarakat kita. Batik, tenun, dan berbagai kain lain adalah kebanggaan besar Indonesia, yang tidak dapat ditemukan di negara lain.
Namun, pelestarian kain tradisional semakin sulit. Dengan para perajin yang semakin tua dan banyak perusahaan yang menggunakan pabrik untuk mencetak motif batik, banyak motif tradisional yang terancam punah dan banyak tempat perajin yang tutup karena tidak mendapat upah yang cukup.
“Perlindungan dan pelestarian kain itu hanya akan efektif kalau mendapat dukungan dari masyarakat,” kata Hilmar Farid, Direktur Jenderal Kebudayaan, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
Swiss memiliki cokelat dan jam tangan, Jerman memiliki mobil mewah, dan India dikenal dengan sari, sedangkan Indonesia bisa dikenal dengan batik atau tenun, atau kain tradisional yang beragam.
Tetapi, sebelum kain Nusantara dapat dikenal oleh negara asing, masyarakat Indonesia sendiri harus mendukung. Dengan mendukung kain Nusantara, orang Indonesia juga mendukung para perajin yang terus melestarikan budaya.
Baca juga:
Tenun Ikat Sumba Jangan Digunting, Begini Alasannya
Kiat Merawat Kain Tenun ala Cendy Mirnaz
Tenun Sumba, Motifnya Khusus Prosesnya 6 Bulan, Mahalkah?
“Misalnya, setiap perempuan di India menggunakan sari setiap hari, kan pasti beragam. Itu sudah banyak banget jumlah yang menggunakan sari, dan mereka bisa terus melestarikan budaya mereka. Kita sebenarnya juga bisa dengan Indonesia,” ujar Pincky Sudarman, CEO PT Alun Alun Indonesia Kreasi.
Untuk yang tidak bisa membeli batik tulis atau cap, batik cetak yang lebih murah juga tetap membantu pelestarian batik. Namun, bagi yang memiliki pendapatan cukup dianjurkan untuk lebih sering membeli batik tulis dan cap karena akan membantu pelestarian para perajin. Sekarang situasi perajin masih banyak yang tidak layak.
“Menenun dari jam 7 pagi, istirahat, makan solat. Lanjut sampai 18, istirahat, makan solat. Terus lanjut lagi sampai jam 22, dan itu hanya dapat 2 juta,” jelas Sjamsidar Isa, Presiden Ikatan Perancang Mode Indonesia (IPMI).
Jadi dengan menggunakan kain Nusantara, seperti batik dan tenun, setiap hari masyarakat Indonesia membantu pelestarian dan pemberdayaan para perajin di daerah. Selain itu, masyarakat juga membantu membuat kain Nusantara dikenal dalam tingkat nasional dan diharapkan akhirnya akan dikenal dalam tingkat internasional.