TEMPO.CO, Jakarta - Kain atau pakaian batik mesti diperlakukan berbeda dari bahan biasa. Sebab, jika dicuci seperti biasa, maka motif dan warnanya akan cepat pudar. Batik pun menjadi tak sedap dipandang ketika dipakai.
Baca juga:
Dian Pelangi Kenalkan Jenis Batik Baru, Batik Kuas
Motif Batik Jadi Sandi Perang Pangeran Diponegoro
Membedakan Batik Tulis, Batik Cap, dan Batik Cetak
Chief Executive Officer PT Alun Alun Indonesia Kreasi, yang juga pecinta kain tradisional Indonesia, Pincky Sudarman, mengatakan merawat kain atau baju batik sejatinya tidak sulit dan tidak mahal. Hanya, ada beberapa rambu yang perlu diperhatikan saat merawat batik.
"Jangan disimpan dan dijemur di tempat yang terkena sinar matahari langsung karena warnanya akan pudar," ujarnya di Jakarta. Ketika mencuci, dia menyarankan untuk tidak menggunakan detergen baik cair maupun bubuk karena bisa merusak warna dan motif kain batik.
Pincky Sudarman (CEO PT Alun Alun Indonesia Kreasi), Ananda Moersid (Ahli Warisan Budaya Tak Benda), Hilmar Farid (Dirjen Kebudayaan Kemendikbud), Sjamsidar Isa (Presiden IPMI) di Alun Alun Grand Indonesia, Jakarta, 8 November 2017. Tempo/Astari Pinasthika Sarosa
Sebagai alternatif, batik bisa dicuci dengan lerak, yang berasal dari bahan alami, berupa tumbuhan. Namun demikian, Pincky menambahkan, paling aman mencuci kain batik menggunakan sampo bayi. "Murah dan tidak ada zat kimia berbahaya," ucapnya. Selain itu, sampo bayi juga lebih lembut dibanding sampo biasa, yang teksturnya lebih kental.
Perhatikan juga cara mencuci batik. Pincky menyarankan agar kain batik tidak dikucek, jangan diperas, dan tak perlu dikeringkan dengan mesin. Sebaiknya langsung jembreng kain batik ketika dikeringkan.
Proses menyetrika juga harus hati-hati karena kain batik tidak boleh disetrika secara langsung. Sebelum disetrika, kain batik mesti ditutup dengan kain lain sebagai pelapis. "Kalau kain batik tidak terlalu kotor, saya sarankan tidak perlu langsung dicuci. Cukup diiangin-anginkan saja," tuturnya.