TEMPO.CO, Jakarta - Spesialis saraf dari RS Imanuel Way Halim, Lampung, Dr. Ruth Mariva SpS., menyebutkan serangan stroke dapat dicegah atau diminimalkan dengan mengontrol faktor risikonya serta memiliki pola hidup sehat. Baca: Denyut Nadi Tidak Konsisten, Awas Stroke
"Faktor risiko stroke harus dikelola secara baik dan benar. Pencegahan dilakukan sebelum kena stroke atau preventif primer maupun pencegahan stroke berulang atau preventif sekunder," katanya.
Seminar itu digelar RS Imanuel dan PT Kalbe Farma untuk memperingati Hari Stroke Sedunia yang jatuh pada 29 Oktober 2017. Dalam seminar itu, dua dokter RS Imanuel tampil sebagai pembicara, yakni Dr. Ruth Mariva SpS. dan Dr. Ida Yudiati SpKFR.
Stroke adalah suatu kelainan pada otak yang terjadi mendadak karena gangguan aliran darah ke otak. Stroke bisa berupa penyumbatan atau pendarahan dalam otak atau selaput otak. Karena itulah stroke merupakan penyakit penyebab kematian nomor tiga dan penyebab kecacatan nomor satu, serta menyebabkan depresi bagi penderitanya.
Ruth menyebutkan gejala stroke terjadi tiba-tiba, di antaranya adalah tidak sadar, lemah sebelah atau seluruh badan, kesemutan sebelah atau seluruh badan, bicara cadel, tidak dapat berbicara atau tak mengerti pembicaraan, tidak mengenal orang lain, sulit menelan, dan tidak dapat melihat atau terganggu penglihatannya. Baca juga: Stroke Lebih Rentan Terjadi pada Perempuan, Berikut Alasannya
Ia menyebutkan faktor risiko utama stroke adalah darah tinggi, kencing manis, dan penyakit jantung. Selain itu, gaya hidup yang tidak sehat juga menjadi faktor risiko, seperti sering mengkonsumsi makanan cepat saji, alkohol, merokok, narkoba, kurang berolahraga, dan memiliki kolesterol dan asam urat tinggi.
"Untuk pemecahan masalah hipertensi, lakukan deteksi dini dengan memeriksa tekanan darah secara rutin," katanya.
Hipertensi kebanyakan tidak memberikan gejala, meski kadang-kadang sakit kepala dan tegang di bagian tengkuk. Jangan lewatkan: 7 Kunci Mencegah Penyakit Jantung dan Stroke
"Penyakit hipertensi sering ditemukan saat melakukan pemeriksaan kesehatan. Tekanan darah di atas 200 mmHg pun sering tidak memberikan gejala apa-apa," katanya.
Sehubungan dengan itu, ia meminta masyarakat untuk menganut pola hidup sehat dengan mengkonsumsi makanan sehat, seperti biji-bijian, sayuran, dan buah-buahan, di antaranya jeruk, pisang, dan apel.
"Kurangi mengkonsumsi garam dan gula, kurangi makanan gorengan atau manis dan berlemak tinggi, serta mengkonsumsi makanan bervariasi. Selain itu, usahakan tidak stres, selalu berpikir positif, dan istirahat cukup, seperti tidur 6-8 jam sehari dan berolahraga teratur, serta periksa kesehatan secara teratur, tidak merokok, dan tak minum alkohol," katanya.
Sementara itu, Ida Yudiati menyebutkan kecacatan akibat stroke dapat dikurangi, di antaranya dengan melakukan terapi bicara dan fisioterapi sesuai kebutuhan.