TEMPO.CO, Jakarta - Dita Soedarjo adalah putri bungsu dari tiga bersaudara, semua perempuan, pengusaha Sutikno Soedarjo. Seperti kedua kakaknya yang terjun ke bisnis keluarga, Dita juga terjun ke bisnis sejak muda.
Ia merintis bisnis sendiri bersama rekan-rekannya yang bertujuan untuk amal. Bisnis yang dijalankannya sendiri adalah fashion secara online, yaitu Virgin Villians dan Dignity Woman, serta bulu mata D’licate, yang bekerja sama dengan mantan tenaga kerja wanita (TKW). Sebelumnya, ia sudah dikenal sebagai pemilik gerai es krim terkenal Haagen Dasz di Indonesia.
Baca Juga:
Dita juga membentuk Let’s Share, sebuah komunitas amal yang bergerak di bidang pendidikan dan layanan kesehatan bersama Karenina Sunny dan Christabella. Berikut petikan wawancara Tempo dengan wanita berusia 27 tahun ini di sebuah apartemen di kawasan Jakarta Selatan pada September 2017.
Bagaimana cara membuat bisnis sekarang menjadi kegiatan sosial?
Aku melibatkan teman-teman di panti asuhan dalam bisnis aku, misalnya sebagai admin, dia digaji dan kalau ada baju yang laku dapat komisi. Ada juga yang dititipkan di konveksi untuk diajarkan menjahit, memasang bulu mata, ada yang dulunya bekas prostitusi tapi karena suka fashion sekarang bisa styling baju buat photoshoot. Selain dari panti asuhan juga dari Depnaker.
Apa yang didapatkan dari berbisnis dan beramal?
Lebih bersyukur sih ya, kalau kita enggak pernah lihat ke bawah kita hanya berpikir tentang diri sendiri. Mereka memberkati aku lebih dari yang aku berikan kepada mereka, karena mereka membuatku lebih bersyukur tentang hidup, membuka mata, memiliki tujuan dalam hidup. Kalau hidup hanya untuk diri sendiri jadi kosong.
Siapa sosok yang menginspirasi?
Papa dan opaku Soedarjo, mereka punya panti asuhan, banyak cerita yang bernilai. Dari kecil aku dan keluarga selalu melibatkan mereka. Dulu aku cuma berpikir kenapa Tuhan memberkati aku tanpa aku tahu apa yang harus aku lakukan, tapi Tuhan membimbing aku untuk menjadi bagian dari hidup mereka jadi keluarga.
Apa rencana ke depan?
Sekolah lagi, ambil master. Bisnis ini lebih besar, jadi kalau mau bantu orang bisa lebih banyak lagi. Punya konveksi sendiri di sini, dapat sponsor mesin jahit karena baju yang mahal enggak bisa pakai mesin jahit murah. Pingin bantu orang jadi effective social entrepreneur, sekarang kan masih kecil.
Punya bisnis besar, berbisnis sendiri sekaligus beramal, apa lagi tantangan hidup berikut?
Menjadi bermanfaat karena aku pikir mama, papa sudah bayarin sekolah masak aku jadi seperti mereka. Aku harus jadi lebih dari mereka. Mungkin mereka sudah cukup dengan bisnis, aku pingin lebih impactfull saja bantu banyak orang.