TEMPO.CO, Jakarta - Bisnis tidak selalu berbicara untung dan rugi tapi juga membantu orang-orang di sekitar. Prinsip ini yang dilakukan Dita Soedarjo, pemilik Haagen Dasz Indonesia. Sejak kecil, dia terbiasa dengan kegiatan amal yang dilakukan bersama keluarga sehingga tak heran jika kini dia menyalurkan empatinya melalui bisnis.
Selain mengelola bisnis es krim terkenal itu, Dita juga merintis bisnis sendiri bersama rekan-rekannya yang bertujuan untuk amal. Bisnis yang dijalankannya sendiri adalah fashion secara online, yaitu Virgin Villians dan Dignity Woman, serta bulu mata D’licate, yang bekerja sama dengan mantan tenaga kerja wanita (TKW).
Baca Juga:
Dita juga membentuk Let’s Share, sebuah komunitas amal yang bergerak di bidang pendidikan dan layanan kesehatan bersama Karenina Sunny dan Christabella. Kepada Tempo, bungsu dari tiga bersaudara ini menceritakan bagaimana bisnis dan kegiatan amalnya berjalan, dalam sebuah wawancara yang dilakukan di sebuah apartemen di kawasan Jakarta Selatan pada September 2017.
Bagaimana awalnya menjalankan bisnis sendiri?
Setelah lulus kuliah fashion di Los Angeles, Amerika Serikat, aku sempat magang di majalah bantu mamaku. Kerja deadline-nya banyak, setelah jam 18 aku kalau enggak mengurus event ya liputan. Aku enggak bisa ngerjain yang lain. Sekarang, sambil mengelola Haagen Dasz yang lebih fleksibel baru buat bisnis ini.
Kenapa memilih bisnis fashion dan bulu mata secara online?
Lebih gampang ya, bisnis ini baru dua tahun berjalan. Sebagian ada yang produksi sendiri, ada yang jahit juga, semuanya produk lokal. Yang bulu mata D’Licate lebih gampang, kalau salah dibuang enggak rugi. Aku melibatkan ahlinya dari Purbalingga dan Jember. Kalau online, lebih seru, lebih gampang juga untungnya, dan enggak perlu bayar sewa.
Ada berapa tim untuk mengelola bisnis ini?
Aku hanya sama partnerku saja, namanya Cynthia. Dia yang desain, aku yang urusan bisnis, jualan, branding.
Hasilnya bagaimana?
Bisnis ini iseng coba-coba, akhirnya laku banget sih, banyak dipakai figur publik seperti Raisa, Chelsea Olivia, Farah Quinn. Mereka lihat ini bagus, murah, bahannya enak, jadi sosialita yang dulu suka merek-merek mahal jadi banyak yang suka.
Kenapa memilih produk lokal?
Pingin lebih menguntungan negara, enggak deal sama pajak, bea cukai, lebih cepat, bisa mempekerjakan orang sini. Jadi, punya bisnis yang bisa memberikan sesuatu pada masyarakat. Produk lokal ini aku kemas dengan cara modern. Seperti bulu mata, mereka suka kaget karena aku kemas seperti itu. Baju sengaja aku pakai model bule, aku akalin enggak keliatan produk lokalnya, feedbacknya mereka kaget karena it’s actually good dan enggak mahal.
Profil lain:
Puspa Dewi Awet Muda di Umur 50, Kehidupan di Kantor dan Keluarga
Prilly Latuconsina di Kampus, Sempat Ngantuk tapi...
Puspa Dewi Disebut Tantenya Sandra Dewi, Faktanya Bukan