TEMPO.CO, Jakarta - Preeklamsia adalah salah satu penyebab terbesar kematian ibu hamil di Indonesia. Menurut Preeclampsia Foundation, kondisi ini adalah komplikasi kehamilan yang ditandai dengan tekanan darah tinggi dan tanda-tanda kerusakan pada sistem organ lain, paling sering pada hati dan ginjal.
“Penyakit ini berdampak besar pada kesehatan fisik penderita, sang ibu," ujar dr. Achmad Mediana, SpOG, dari Rumah Sakit Ibu dan Anak Kemang Medical Care, saat dihubungi Tempo, Selasa, 17 Oktober 2017.
Preeklemsia mempengaruhi setidaknya 5-8 persen dari semua kehamilan dan perkembangan kondisi ini cepat, yang ditandai dengan tekanan darah tinggi dan adanya protein dalam urine.
“Preeklamsia kehamilan bisa dideteksi sejak hamil 22-24 minggu,” lanjut dr. Achmad.
Walaupun jarang, kondisi ini dapat juga terjadi lebih awal dari 20 minggu. Perawatan prenatal yang tepat sangat penting untuk mendiagnosis dan mengelola preeklampsia.
Baca juga:
Studi: Aspirin Turunkan Risiko Preeklemsia di Masa Kehamilan
6 Langkah Mencegah Preeklemsia di Masa Kehamilan
Komplikasi Preeklamsia saat Kehamilan Ancam Nyawa Ibu dan Janin
Bila tidak diobati, preeklamsia dapat menyebabkan komplikasi serius, bahkan fatal bagi Anda dan bayi. Jika Anda mengalami preeklamsia, satu-satunya obat adalah persalinan bayi. Jika preeklamsia tidak ditangani dengan cepat dan benar, hal itu dapat menyebabkan komplikasi serius bagi ibu seperti gagal hati atau ginjal dan masalah kardiovaskular di masa depan.
“Preeklamsia juga menghasilkan bayi lahir kecil,” jelas dr. Achmad.
Walaupun tidak semua bayi yang lahir dari ibu penderita preeklamsia prematur, kemungkinan besar bayi tersebut memiliki ukuran yang lebih kecil dari normal. Preeklamsia dapat mencegah plasenta untuk mendapatkan darah yang cukup. Jika plasenta tidak mendapatkan cukup darah, bayi akan kekurangan oksigen dan makanan sehingga ukurannya lebih kecil.
Walaupun tidak ada cara pasti untuk mencegah preeklamsia, ada beberapa hal yang bisa diterapkan untuk rutinitas sehari-hari. Beberapa hal tersebut adalah mengurangi konsumsi garam dan gorengan, minum 6-8 gelas air putih setiap hari, istirahat yang cukup, berolahraga secara teratur, dan naikan kaki beberapa kali di siang hari.
“Karena preeklamsia berdampak ke gangguan pembuluh darah, dianjurkan untuk melakukan hal-hal yang untuk menghindari tensi yang tinggi,” ujar dr. Achmad.