TEMPO.CO, Jakarta - Banyak orang makin senang saat celana jins semakin belel atau semakin lusuh. Ada seni dan kesenangan tersendiri dalam membuat fading pada celana jins, khususnya dry denim. Ada yang menceburkan celananya di air laut, mengampelasnya, atau tidak mencucinya selama bertahun-tahun.
Apakah semua tip tersebut benar atau hanya mitos semata? Pendiri merek denim premium Oldblue, Ahmad Hadiwijaya, mengatakan semua itu sekadar mitos. Bahkan dia menyebutnya sekadar gimmick pemasaran semata.
“Enggak ada, bebas sebenarnya. Kalau ada yang bilang jangan dicuci sekian lama, itu cuma marketing saja,” katanya.
Menurut Ahmad, sesuai dengan sejarahnya, celana jins memang punya daya tahan yang luar biasa. Justru akan menjadi sangat kontradiktif bila celana yang kuat itu kemudian mendapatkan perawatan yang berlebihan, seperti tidak mencucinya agar tidak cepat luntur.
“Pada dasarnya celana jins ini kan memang kuat, masa jadi enggak boleh dicuci karena takut rusak. Natural saja, kalau mau dicuci, ya dicuci, kalau enggak, ya enggak,” ucap Ahmad.
Dia mengatakan, dengan cara yang alami, celana jins akan membentuk fading yang sangat personal. Dia mengatakan fading yang muncul pada celana jins akan menunjukkan aktivitas yang berbeda pula. Seorang yang bekerja keras di pertambangan akan membuat fading yang berbeda dengan orang yang bekerja di kantor.
“Dari bentuk fading-nya, kita bisa melihat kira-kira orang ini aktivitasnya seperti apa. Fading ini akan sangat personal. Mungkin juga bagian dari kesenangan tersendiri saat mengoleksi celana jins,” katanya.
Namun, jika Anda sudah kadung percaya bahwa celana jins tidak boleh dicuci, Ahmad tidak mengatakan hal tersebut. Untuk membuat celana jins tetap bersih tanpa kena detergen, Anda bisa menggunakan antiseptik sebagai penggantinya.