TEMPO.CO, Jakarta - Donor ASI menjadi pilihan terbaik jika ibu tak dapat memberikan air susu ibu kepada bayinya. Namun demikian donor ASI mesti sangat hati-hati dan diperlakukan sebagaimana donor darah.
Baca juga:
Ibu Mau Donor ASI, Jalani 2 Tahap Penyaringannya
Donor ASI, Pastikan Tak Ada Transfer Virus HIV dan Hepatitis
Ketua Satuan Tugas ASI Ikatan Dokter Anak Indonesia atau IDAI, dr. Elizabeth Yohmi SpA, IBCLC mengatakan kendati ASI itu adalah susu, tapi ASI sejatinya produk darah yang dapat mentransfer berbagai penyakit. "Kasus yang paling sering ditemui adalah penularan virus CMV, hepatitis B dan C, dan HTLV atau virus pemicu leukemia dan limfoma," kata Elizabeth Yohmi dalam diskusi "Aturan Main Donor ASI" di Jakarta, Jumat 13 Oktober 2017.
Meski ibu pendonor ASI sudah lulus prosedur penyaringan, belum tentu ASI yang dihasilkannya terbilang sehat. Elizabeth Yohmi menjelaskan, menurut hasil penelitian di 2010 pada 1.091 donor ASI yang melalui uji serologi, ditemukan sekitar 3,3 persen kandungan virus sifilis, hepatitis B, hepatitis C, HTLV dan HIV. Dari penelitian lain, hasil skrining pada 810 ASI yang belum dipasteurisasi, ditemukan pertumbuhan berbagai bakteri.
"Jadi tidak semudah itu memberikan donor ASI. Belum lagi bicara penyimpanan dan idealnya pengiriman harus diperlakukan seperti darah," ujar Elizabeth Yohmi. ASI harus disimpan di dalam kotak pendingin khusus dan petugas pengelolaaannya menggunakan alat pelindung diri
Saat ini, menurut dia, hanya RSCM yang memiliki bank penyimpanan ASI yang cukup baik. Adapun di luar negeri, terdapat bank ASI yang mampu memastikan keamanan ASI sekaligus menjamin kandungan zat gizi ASI tetap terjaga.
Lantas bagaimana proses pengujian ASI donor dari ibu yang sudah lulus penapisan tahap 1 dan 2? Berikut ini rincian proses sterilisasi dan penyimpanan susu seperti dikutip dari Satgas ASI IDAI.
A. Pasteurisasi Pretoria
1. Tempatkan ASI sebanyak 50-150 ml ke dalam wadah kaca 450 ml.
2. Tutup wadah kaca dan letakkan ke dalam panci aluminium 1 liter.
3. Tuangkan air mendidih 450 ml atau hingga permukaan air mencapai 2 cm dari bibir panci.
4. Tunggu selama 30 menit.
5. Pindahkan susu, dinginkan, dan berikan kepada bayi atau simpan di lemari pendingin.
B. Flash Heating
1. Tempatkan ASI sebanyak 50-150 ml ke dalam wadah kaca 450 ml.
2. Wadah kaca ditutup sampai saat dilakukan flash heating.
3. Untuk melakukan flash heating, buka tutup wadah dan letakkan dalam 1 liter pemanas susu
4. Tuangkan air 450 ml atau hingga permukaan air mencapai 2 cm dari bibir panci.
5. Didigkan air, bila telah timbul gelembung pindahkan wadah dengan cepat dari air dan sumber panas.
6. Dinginkan ASI, berikan kepada bayi atatu simpan di lemari pendingin.
Untuk menjaga mutu dan keamanan ASI, calon pendonor mesti mendapatkan pelatihan tentang kebersihan, cara memerah, dan menyimpan ASI. Misalnya, cuci tangan seblum memerah ASI, perah ASI di tempat yang bersih dan pastikan peralatan yang digunakan higienis. ASI perah harus disimpan pada tempat tertutup, botol kaca, kontainer plastik khusus ASI.
RINI KUSTIANI