TEMPO.CO, Jakarta - Mungkin Anda pernah merasa tubuh terasa lelah dan tak bertenaga, padahal tidak sedang melakukan aktivitas fisik apapun. Dalam kondisi ini, coba dengarkan denyut nadi Anda, perhatikan iramanya. Jika ritmenya tidak teratur, seperti 'duk...duk...dug...duk-duk-duk-duk...duk...duk" atau melambat dan cepat secara tiba-tiba, itu artinya Anda mengalami fibrilasi atrium atau FA.
Baca juga:
5 Cara Mudah dan Efektif Mencegah Stroke
Stroke Lebih Rentan Terjadi pada Perempuan, Ketahui Alasannya
“Rasa lelah dan tidak bertenaga adalah gejala yang paling sering terjadi pada penderita fibrilasi atrium atau irama detak jantung yang tidak beraturan,” ujar Prof. Dr. dr. Yoga Yuniadi, SpJp (K) FIHA, FasCC, Guru Besar Ilmu Kardiologi dan Kedokteran Vaskular Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) dan Presiden Indonesian Heart Rhythm Society (InaHRS).
Penderita kelainan denyut nadi ini, menurut Yoga Yuniadi, berisiko 5 kali lebih tinggi mengalami stroke dibanding orang yang denyut nadinya teratur. Selain itu, mereka juga memiliki kemungkinan lebih besar untuk mengalami stroke yang fatal, dengan tingkat keparahan yang tinggi, bersifat lama dan sering berulang.
Sebanyak 40 persen kelumpuhan sulit bicara dari stroke diakibatkan karena irama nadi yang berantakan. “Yang membuat penyakit ini lebih bahaya lagi adalah kurangnya pengetahuan mengenai keseriusan fibrilasi atrium atau kelainan di denyut nadi ini,” ucap Yoga.
Selain merasa lelah dan tidak bertenaga, kecepatan denyut jantung yang tidak konsisten, gejala lainnya adalah napas pendek dan sesak, jantung berdebar dan terasa tidak nyaman di dada. Terkadang orang tersebut merasa pusing sampai seolah terasa melayang, dan kesulitan ketika berolahraga atau beraktivitas sehari-hari. “Kesulitan ini diakibatkan karena setiap kali melakukan kegiatan yang meningkatkan denyut jantung pada orang biasa, denyut jantung pada penderita fibrilasi atrium akan meningkat jauh lebih tinggi dari semestinya,” kata Yoga.
Jika dibiarkan, Yoga melanjutkan, irama detak jantung yang tidak beraturan ini dapat menyebabkan pembekuan darah di jantung, dan bila lepas ke sirkulasi sistemik, bagian dari sistem yang membawa darah beroksigen dari jantung, dapat menyebabkan stroke. Rata-rata 50 persen pasien FA yang terkena stroke akan mengalami stroke lagi dalam jangka waktu 1 tahun.
“Ada berbagai cara yang bisa dilakukan untuk mengurangi risiko fibrilasi atrium atau FA yang juga membantu mengurangi risiko stroke. Mulailah dengan mengkonsumsi makanan sehat, berolahraga secara teratur, dan hindari merokok atau asap rokok. Makanan yang baik untuk menurunkan risiko penyakit jantung adalah buah dan sayuran, biji-bijian, ikan, dan kacang-kacangan. Hindari makanan yang mengandung lemak dan garam tinggi.
Khusus untuk olahraga, penderita fibrilasi atrium disarankan menggunakan alat yang bisa mendeteksi denyut jantung saat sedang berolahraga. Bila tidak olahraga, risiko terkena penyakit kardiovaskular, seperti penyakit jantung atau stroke, akan meningkat 51 persen.
Artikel terkait:
Menyusui Kurangi Risiko Serangan Jantung dan Stroke