TEMPO.CO, Jakarta - Pada saat berolahraga atau sedang di dalam situasi yang menegangkan, kita dapat merasakan denyut di dada. Namun bagaimana kita bisa mengetahui ritme denyut nadi pada saat sedang tenang? Dalam kondisi normal atau di tengah kesibukan sehari-hari, ada cara mudah untuk mengecek irama jantung, jangan sampai terserang stroke. Baca: Kelainan Irama Jantung Picu Stroke 5 Kali Lipat
“Letakkan jari telunjuk dan jari tengah tangan kanan di pergelangan tangan kiri, di mana Anda bisa melihat dua lekuk di daerah pembuluh darah. Raba-raba sampai terasa denyut nadi Anda,” ujar Prof. Dr. dr. Yoga Yuniadi, SpJp (K) FIHA, FasCC, Guru Besar Ilmu Kardiologi dan Kedokteran Vaskuler Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) dan Presiden Indonesian Heart Rhythm Society (InaHRS).
Untuk mengetahui bila detak jantung itu normal, hitung berapa kali denyut nadi berdetak dalam waktu 10 detik. Bila dalam situasi yang tenang, denyut nadi seharusnya berdetak 6-9 kali. Bila mencapai lebih dari itu, berarti masih dalam keadaan lelah atau tegang. Baca juga: Jangan Tunggu Sampai Terjadi, Cegah Stroke Sejak Dini
Namun, denyut nadi yang berdetak cepat masih normal kalau ritmenya terus sama dan terasa seperti suara, “Dug...Dug...Dug…” Bila kita memiliki kelainan di denyut nadi, ritme akan terasa berantakan dan tidak konsisten. Kelainan denyut nadi, di mana irama bisa menjadi lebih cepat atau lebih lama secara tidak konsisten, disebut Fibrilasi Atrium (FA).
“Ada 2,2 juta orang di Indonesia yang telah terdiagnosis menderita Fibrilasi Atrium dan 40 persen dari pasien tersebut gejala pertamanya adalah stroke,” jelas Yoga.
Karena itu, Pusat Jantung Nasional Harapan Kita, InaHRS, Asia Pasicif Heart Rhythym Society (APHRS), Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI) nasional dan cabang DKI Jakarta, serta Departmen Kardiologi dan Kedokteran Vaskuler FKUI bekerja sama untuk meningkatkan edukasi mengenai Fibrilasi Atrium.
“Kami ingin memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai bahaya FA dan untuk menerapkan tindakan MENARI, yang berarti Meraba Nadi Sendiri. Tindakan ini sangat penting untuk mengetahui sedini mungkin bila seseorang menderita kelainan denyut nadi atau FA ini,” ujar dr. Agung Fabian Chandranegara, Sp.JP(K), Ketua II Panitia Kampanye Fibrilasi Atrium (FA) 2017. Baca juga: Stroke Lebih Rentan Terjadi pada Perempuan, Berikut Alasannya
Meraba nadi sendiri dianjurkan untuk dilakukan satu hari sekali, setiap pagi atau siang. “FA biasanya menunjukkan detak jantung yang tidak konsisten di pagi dan siang hari. Jadi, sebelum memulai kegiatan adalah waktu yang terbaik untuk meraba nadi sendiri, atau MENARI,” kata Yoga.
Kegiatan ini lebih penting lagi untuk perempuan dan orang yang sudah berumur di atas 60 tahun tapi tetap saja dianjurkan untuk dilakukan oleh semua orang. Bila denyut nadi terasa tidak berdetak dengan irama yang konsisten, langsung periksa ke dokter agar dapat dilihat lebih lanjut.