TEMPO.CO, Jakarta - Jika tubuh demam, hidung bersin berulang kali, atau perut terasa perih, itu tandanya sistem kekebalan tubuh sedang memberikan sinyalemen ada yang salah di dalam diri kita. Kondisi demam, bersin-bersin, atau perut perih membuat kita lekas mencari tahu kira-kita penyakit apa yang akan menyerang kemudian mencari obat atau multivitamin demi menjaga kebugaran.
Baca juga:
Jaga Berat Badan, Obesitas Sebabkan 13 Jenis Kanker
Pasien Kanker Boleh Makan Apa Saja, tapi Ada Syaratnya
Chelsea Islan Tahu Obat Manjur untuk Kanker Payudara dari Mama
Tapi kenapa penyakit kanker sulit terdeteksi? Kenapa sistem kekebalan tubuh tak lekas memberitahu ke otak kalau ada sel kanker yang sedang menggerogoti organ tubuh. Kita baru tahu sel kanker telah bersarang setelah masuk stadium 3 ke atas. Kenapa selama ini kita tidak merasakan sakit?
Pertanyaan ini dijelaskan oleh Spesialis Patologi Anatomi dari Rumah Sakit Kanker Dharmais, dr. Evalina Suzana di acara diskusi "Pemeriksaan PD-L1 untuk Terapi Imunoterapi pada Kanker Paru". Evalina mengatakan sel kanker itu cerdas sehingga mampu mengelabui sistem kekebalan tubuh.
Selain bisa berpura-pura mati untuk kemudian bangkit lagi, sel kanker memiliki kemampuan Avoiding Immune Destruction. Artinya, kecerdasan untuk menipu tubuh agar tidak mengeluarkan sistem imun. Seperti diketahui, sistem imun memiliki banyak fungsi salah satunya, menghancurkan sel kanker.
Masalahnya, penyakit kanker tidak punya gejala. "Baru ketahuan setelah kanker memasuki stadium 3 atau 4, dan itu sudah sangat terlambat," ujar Evalina. Tubuh memiliki sel T, yakni sel imun dan mampu mematikan sel asing yang masuk atau tercipta di dalam tubuh. Sel T bisa mendeteksi dan menghampiri sel asing ini, lalu menciptakan program mematikan untuk membunuh sel asing tadi.
Persoalannya, Evalina melanjutkan, sel kanker punya ligand yang berfungsi menutup atau memblokir sel T sehingga tidak bisa membaca keberadaan sel kanker. Dengan begitu, sel kanker dengan leluasa tumbuh serta berkembang biak di dalam tubuh. "Maka gagallah program kematian sel yang selama ini memagari tubuh kita. Ini yang patut dipahami dan diwaspadai oleh pasien maupun tim dokter," ujarnya.