TEMPO.CO, Jakarta - Batik Maos merupakan salah satu peninggalan budaya dari zaman Pangeran Diponegoro di abad ke-19. Motif batik ini tidak memiliki banyak dokumentasi, meski sarat makna dan filosofi, serta telah terancam punah.
Baca: Hari Batik Nasional, Motif Batik Jadi Sandi Perang Diponegoro
Pasangan suami-istri, Euis Rohaini dan Tonik Sudarmaji, membuat butik Batik Maos Rajasa Mas di Cilacap, Jawa Tengah, untuk membawa kembali motif Batik Maos yang klasik. “Tapi pembeli lebih banyak dari luar negeri dibandingkan dengan orang lokal di Cilacap atau Indonesia,” kata Euis, pada akhir September 2017.
Baca juga: Hari Batik Nasional, Kisah Euis Rohaini Populerkan Batik Maos
Banyak motif batik Maos yang digunakan sebagai sandi perang pada zaman Pangeran Diponegoro. Walaupun makna dan filosofi dari batik Maos berhubungan dengan sejarah Cilacap, Euis dan Tonik merasa belum banyak orang Cilacap yang memberikan apresiasi terhadap sejarah budaya tersebut. Padahal orang asing dapat menunjukkan apresiasi yang lebih besar terhadap sejarah batik Maos serta keindahannya.
Baca Juga:
Harga untuk batik Maos yang dijual di Rajasa Mas tidak terlalu mahal. Mereka menjual beberapa batik cetak dengan harga sangat murah, bersama pernak pernik yang dibuat dari bekas kain.
Namun semua motif batik Maos adalah batik tulis dengan berbagai rangkaian harga. Syal batik Maos dapat dibeli dari Rp 120 ribu sampai 300 ribu. Sedangkan batik Maos dengan motif kontemporer, yang menggabungkan motif klasik dan motif modern, dijual dengan harga Rp 400 ribu, batik klasik dengan warna buatan Rp 550 ribu. Semua batik dengan warna alam dijual dari harga Rp 800 ribu karena prosesnya yang lebih lama.
“Warga Cilacap yang membeli batik Maos ini hanya 20-30 persen dari jumlah pembeli kita,” ujar Tonik.
Karena sering mengikuti pameran di Jakarta, seperti Pameran Adiwastra Nusantara dan Pameran Inacraft, Batik Maos Rajasa Mas mendapat pembeli dari Singapura, Korea, Inggris, dan Jepang. Kerja sama dengan Bank Negara Indonesia (BNI) juga membantu Euis mengikuti pameran di Jerman.
Rajasa Mas juga membuat keranjang cucian dengan motif batik dari kain bekas yang dibeli pengusaha dari Riyadh, Arab Saudi. Bahkan mereka memesan untuk bisnis di sana. Pengusaha ini menyukai keunikan keranjang yang dibuat Batik Maos Rajasa Mas karena berbeda dengan buatan Cina. Artikel lain: Hari Batik Nasional, Ada Motif Batik yang Bisa Dimakan
“Mereka bilang pokoknya ada unsur-unsur batiknya karena mereka suka motif seperti itu,” tuturn Euis.