TEMPO.CO, Jakarta - Maos, sebuah kecamatan di kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, yang memiliki 1.883 motif batik sejak zaman Pangeran Diponegoro atau abad ke-19. Sayangnya, kini sudah banyak motif yang hilang.
Euis Rohaini bersama suaminya yang asli Maos, Tonik Sudamarji, telah sukses mengembalikan lebih dari 100 motif batik Maos, dengan membuka Batik Maos Rajasa Mas. Ia bahkan membawa batik Maos ke tingkat internasional sejak 2008. Keduanya bercerita bagaimana mereka menggunakan modal nekat untuk memulai butiknya.
“Pada saat memulai semua ini, kita ditawarkan tempat untuk pameran di Adiwastra Nusantara pada 2008. Bayarannya untuk satu booth itu 15 juta. Kalau kita menjual semua batik hanya akan dapat 16 juta dan itu pun kalau kita menjualnya,” katanya, pada akhir September 2017.
Tonik meyakinkan Euis untuk mengambil kesempatan ini. Bila tidak bisa menjual semua batik, mereka akan memikirkan sesuatu. Pameran pertama mereka pun tidak mudah. Euis pergi ke Jakarta sendiri. Sementara Tonik tinggal di Cilacap untuk mengurusi kedua anak mereka.
Euis tidak mempersiapkan hiasan yang mewah untuk booth mereka. Dia juga tidak memiliki tempat untuk bermalam selama di Jakarta. Akhirnya, dia mendapat bantuan berupa tempat tinggal dari penyelenggara acara. Lantas, perjuangan yang ada pun tidak sia-sia, di pameran tersebut Batik Maos Rajasa Mas berhasil menjual semua batik mereka.
Baca Juga:
“Mereka bilang kita tidak perlu bayar booth dan mengundang kita untuk ke pameran selanjutnya. Kita juga diundang untuk mengikuti pameran lain di tahun yang sama dan mendapat banyak pembeli dari setiap pameran,” tuturnya.
Setiap pameran mereka membawa 300-400 batik dan selalu berpikir positif untuk hasilnya. Dengan tekad dan kepercayaan mereka, Batik Maos sekarang sudah ditampilkan sampai dunia internasional, seperti Jepang, Inggris, dan Singapura.