TEMPO.CO, Jakarta - Keguguran merupakan kondisi janin di dalam kandungan yang meninggal sebelum berusia 20 minggu. Ibu hamil rentan mengalami keguguran pada trimester pertama dan biasanya tidak membutuhkan perawatan khusus karena rahim akan kosong dengan sendirinya, seperti saat mengalami menstruasi.
Tak sedikit pula wanita yang mengalami pendarahan berat setelah keguguran karena masih ada jaringan yang tertinggal di rahim. Mengutip marchofdimes, untuk kasus keguguran yang mengalami pendarahan berat dibutuhkan penanganan medis antara lain:
1. Dilatasi dan kuretase
Disebut juga dengan istilah D&C atau lebih populer dengan kuret, yakni prosedur untuk untuk membersihkan sisa jaringan dari rahim. Dokter akan melakukan penyedotan lewat mulut rahim atau bisa juga dikuret, yakni mengeluarkan sisa jaringan dengan alat.
2. Obat-obatan
Untuk mengeluarkan sisa jaringan dalam rahim bisa juga dengan meminum obat-obatan. Sisa jaringan itu akan keluar seperti saat perempuan sedang menstruasi.
Bila keguguran terjadi pada trimester pertama, kita tak perlu menjalani tes lanjutan. Namun bila kita sudah beberapa kali keguguran pada trimester pertama, atau bila keguguran terjadi pada trimester kedua, dokter akan menganjurkan tes untuk mencari penyebabnya. Tes yang dilakukan adalah:
- Tes kromosom
Banyak keguguran yang diakibatkan masalah kromosom sehingga suami dan istri harus menjalani tes darah.
-Tes hormon
Terlalu banyak atau sedikit hormon juga bisa menyebabkan keguguran. Caranya bisa lewat tes darah atau mengambil sampel jaringan dari rahim.
- Tes darah untuk mengetahu sistem kekebalan tubuh
Sistem kekebalan tubuh melindungi tubuh dari infeksi dan bila ada masalah juga bisa menyebabkan keguguran.
- Cek rahim
Rahim dicek dengan cara USG atau bisa juga dengan histeroskopi, yakni dengan memasukkan alat untuk melihat bagian dalam rahim.
PIPIT