TEMPO.CO, Jakarta - Kopi menjadi bagian dari kehidupan manusia. Ada yang selalu memulai hari dengan kopi, ada yang tak bisa mikir jika belum minum kopi, ada pula yang hanya bisa rileks dengan minum kopi. Supaya kamu tidak hanya menjadi penikmat kopi, tak ada salahnya belajar mengenai kopi, dari mana saja asalnya, bagaimana prosesnya hingga akhirnya tersaji di dalam gelas dan tinggal menyeruputnya. Baca: Evani Jesslyn Jadi Barista, dari Benci Sampai Cinta Mati Kopi
Belajar tentang kopi juga tak selalu harus merogoh kocek dalam-dalam. Pendiri First Crack Coffee Academy di Sunter, Jakarta Utara, Evani Jesslyn membuka kesempatan bagi siapa saja untuk belajar tentang kopi dari ahlinya. “Akademi ini dibuka untuk masyarakat agar bisa mengembangkan kopi Indonesia yang berkualitas tinggi,” ujar Evani Jesslyn saat meresmikan First Crack Coffee Academy di Jakarta, Senin 25 September 2017.
Untuk memberikan pemahaman mengenai pengelolaan kopi dari hulu ke hilir, Evani mengajak dua ahli kopi dari luar negeri untuk mengisi kelas workshop tentang kopi. “Saya ingin mengembangkan kopi di Tanah Air. Sebab, masyarakat Indonesia sebagai negara penghasil kopi mesti tahu bagaimana cara mengolahnya dengan baik dan benar agar dapat membuat kopi yang mencapai level internasional,” ujar Ermanno Perotti, Wakil Presiden dari Umami Area di Florence, Italia. Simak: Kopi Indonesia di Luar Negeri Lebih Enak, Selidiki Apa Sebabnya
Wakil Presiden Umami Area dari Italia, Ermanno Perotti dan Pendiri First Crack Coffee, Evani Jesslyn mengajarkan kelas gratis dari 25-1 Oktober 2017, di First Crack Coffee Sunter, Senin, 25 September 2017. TEMPO | Astari Pinasthika Sarosa
Ermanno akan membuka workshop di First Crack Coffee Academy untuk membicarakan Diplomasi Kopi dan juga mengajarkan beberapa kelas membuat kopi. Selain Evani dan Ermanno, First Crack Coffee Academy juga membuka kelas yang akan diajarkan oleh pemenang World Latte Art Championship 2017, Arnon Thitiprasert, dari Thailand. Mulai 25 September - 1 Oktober 2017, First Crack Coffee Academy akan memberikan beberapa kelas gratis dengan Evani dan Ermanno sebagai pengajar. Sedangkan kelas yang diajarkan oleh Arnon, yakni seni dasar latte dan seni latte advance, memiliki tarif Rp 750 ribu - Rp 1 juta.
Kopi Indonesia dari berbagai daerah di First Crack Coffee Sunter. TEMPO | Astari Pinasthika Sarosa
Terletak di Altira Business Park Sunter, First Crack Coffee Academy terbagi menjadi tiga bagian, yakni kafe, roastery, dan akademi. Kedai kopinya menyajikan berbagai macam kopi Indonesia, seperti Kopi Toraja, Papua, Bali, dan Gayo. Adapun roastery terletak di ruangan tengah sekaligus menjadi tempat untuk mengetahui bagaimana memilih kopi dengan kualitas terbaik. Sedangkan akademi kopi yang baru dibuka terletak di sebuah ruangan dengan meja besar dan papan tulis. Baca juga: Penderita Sakit Maag Boleh Minum Kopi, Asal Tidak Salah Pilih
Evani Jesslyn menunjukkan keahliannya sebagai professional brewer di First Crack Coffee Sunter, Senin, 25 September 2017. TEMPO | Astari Pinasthika Sarosa
Untuk memastikan kopi yang disajikan memiliki kualitas terbaik, Evani memperhatikan seluruh proses yang disajikan di First Crack Coffee Academy. "Saya datang ke petani kopi dan berbincang dengan mereka, dari situ saya bisa mengetahui apakah mereka telah melakukan penanaman dengan baik dan benar," ujar Evani. Kepada petani, perempuan asal Semarang ini juga terus mengamati proses pascapanen dan memberitahu cara mengolahnya dengan benar.
Biji kopi terbaik harus berlabuh di tangan barista yang tepat. Sebab itu, Evani hanya memilih barista perempuan di First Crack Coffee Academy. Menurut Evani, perempuan adalah supertaster karena memiliki lidah yang lebih sensitif ketimbang pria. Dengan begitu, kopi yang disajikan juga dipercaya akan lebih enak. "Perempuan itu lebih peka dengan detail-detail yang penting," ujarnya seraya berharap barista perempuan mampu menjadi bagian dari peningkatan pemberdayaan perempuan. Artikel terkait: Perempuan Itu Supertaster, Indra Perasa Lebih Sensitif dari Pria
ASTARI PINASTHIKA SAROSA