TEMPO.CO, Jakarta - Lady Gaga mengidap penyakit fibromyalgia melalui akun Twitternya pada Selasa, 12 September 2017. Lady Gaga juga mengungkapkan penyakitnya itu dalam film dokumenter tentang dirinya yang berjudul Lady GaGa: Five Foot Two, yang pertama kali diputar di Toronto International Film Festival (TIFF). Baca:
Lady Gaga Mengidap Fibromyalgia, Sakitnya Tak Tertahankan
“Melalui film itu saya ingin membantu meningkatkan kesadaran dan menghubungkan sesama penderita fibromyalgia,” ujar Lady Gaga setelah pemutaran film. Apa sebenarnya fibromyalgia. Mari kita tilik salah satu kasus fibromyalgia yang terjadi enam tahun lalu.
Pada 2001, Emily Shaules, seorang pengacara berusia 25 tahun tiba-tiba merasa kesakitan pada lehernya setelah dia menggerakkan kepala ke bawah. Khawatir dengan kondisinya, warga Chicago Amerika Serikat, ini langsung mendatangi unit gawat darurat rumah sakit setempat. Baca juga: Model Ini Ungkap Penyakit Langka, Sakitnya Melebihi Babak Belur
Hasil diagnosis awal menunjukkan ada otot yang tertarik. Emily pun diresepkan obat pereda nyeri. Seminggu kemudian rasa sakit yang di bagian leher menyebar ke seluruh tubuhnya. Dokter menguji Emily dari segala hal, mulai dari hipotiroidisme, lupus dan multiple sclerosis. Dan semua hasil pemeriksaan itu negatif. Dua tahun kemudian dia tidak bisa menggendong anjingnya seberat 5,5 kilogram. Pada akhirnya, Emily Shaules kehilangan pekerjaan dan kekasihnya.
"Kenapa tidak ada obat yang bisa meredakan rasa sakit ini. Padahal semua dokter menyatakan saya baik-baik saja. Bahkan ada yang mulai menganggap saya gila," kata Emily seperti dikutip dari Womans Day.
Emily akhirnya mendapat jawaban bahwa dia mengalami fibromyalgia. Kondisi ini terbilang kronis dengan gejala nyeri dan rasa sakit yang menyebar ke seluruh tubuh, penderita mengalami gangguan tidur, masalah memori dan kognitif yang juga disebut "kabut fibro". Sebanyak 6 sampai 10 juta orang Amerika diperkirakan menderita fibromyalgia, dan mayoritas adalah perempuan.
Penyakit ini masih sulit didiagnosa karena tidak ada tes khusus atau penyembuhan yang dapat diandalkan. Akibatnya, wanita sering mendengar dokter berkata, "Anda harus membiasakan diri dengan rasa sakit itu."
Apa itu fibromyalgia?
Banyak ahli percaya bahwa fibromyalgia dipicu oleh trauma fisik atau emosional, seperti kecelakaan mobil, perceraian, serangan seksual, yang menyebabkan tubuh memasuki mode fight-or-flight.
"Biasanya, sistem saraf simpatik mempersiapkan tubuh untuk situasi yang penuh tekanan, mengencangkan otot dan jaringan ikat untuk meningkatkan kekuatan mereka, lalu mematikan saat ancaman hilang," kata Ginevra Liptan, MD, penulis buku The FibroManual: A Complete Fibromyalgia Treatment Guide for You and Your Doctor. Tapi pada fibromyalgia, kerja otak macet dan respons terhadap stres tak kunjung berhenti.
Seiring berjalannya waktu, sistem saraf simpatik yang aktif secara kronis dapat menyebabkan kekacauan di seluruh tubuh. Otot terasa tegang membuat rasa sakit dan nyeri muncul tak berkesudahan, tidur tidak nyenyak, dan pada akhirnya mendorong saraf penginderaan rasa sakit untuk menghidupkan sinyal mereka.
Fibromyalgia sulit dideteksi
Dengan kondisi seperti kanker dan diabetes, dokter memiliki alat seperti biopsi dan tes gula darah untuk membantu membuat analisis yang tepat. Tapi pada kasus fibromyalgia, banyak dokter masih menggunakan kriteria yang berasal dari tahun 1990, yang mengharuskan mereka menekan 18 titik termasuk titik spesifik pada leher, siku, punggung, dan lutut.
"Jika pasien merasa nyeri di 11 dari 18 titik, dan penyebab lainnya telah dikesampingkan, Anda bisa mendiagnosisnya dengan fibromyalgia," kata Dr. Liptan. Pada 2010, American College of Rheumatology berhenti merekomendasikan cara pengujian tersebut karena sifat subjektifnya bahwa pasien mungkin merasa sakit di 13 tempat pada satu hari dan hanya 10 titik di hari berikutnya.
Selain itu ada penambahan kriteria seperti kelelahan, kabut otak, dengan kriteria merasa seluruh tubuhnya sakit selama tiga sampai enam bulan yang tidak dapat dijelaskan dengan diagnosis lain.
Masalah yang rumit, fibromyalgia sering berdampingan dengan kondisi lain, seperti sindrom iritasi usus besar dan migrain. “Pasien harus menghadapi kenyataan bahwa beberapa orang percaya fibromyalgia adalah penyakit psikologis, dan semua masalahnya ada di kepala si penderita," kata Tarvez Tucker, MD, profesor neurologi di Oregon Health and Sciences University di Portland. Artikel terkait: Lady Gaga Sakit Fibromyalgia, Kenapa Lebih Rentan Dialami Wanita?
NIA PRATIWI